Powered By Blogger

Rabu, 14 Desember 2011

Kebanyakan orang berusaha menjadi orang lain. Pikiran mereka merupakan pendapat orang lain, hidup mereka suatu mimikri, semangat mereka hanyalah kutipan

Sabtu, 03 Desember 2011

JENIS-JENIS WACANA

JENIS-JENIS WACANA
Jenis wacana dapat dikaji dari segi eksistensinya (realitasnya), media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Menurut realitasnya, wacana merupakan verbal dan nonverbal sebagai media komunikasi berwujud tuturan lisan dan tulis, sedangkan dari segi pemaparan, kita dapat memperoleh jenis wacana yang disebut naratif, deskriptif, prosedural, ekspositori dan hortatori
.
A. Wacana Berdasarkan Realitas
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994: 6-7) realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktural bahasa, mengacu pada struktur apa adanya; nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa yakni rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna (bahasa isyarat). Wacana nonbahasa yang berupa isyarat, antara lain berupa:
1. Isyarat dengan gerak-gerik sekitar kepala atau muka, meliputi:
a. Gerakan mata, antara lain melotot, berkedip, menatap tajam (dapatkah kita menentukan maknanya. Misalnya, melotot = marah; melotot = ’menyuruh pergi’, dan sebagainya).
b. Gerak bibir, antara lain senyum, tertawa, meringis.
c. Gerak kepala, antara lain mengangguk, menggeleng.
d. Perubahan raut muka (wajah), antara lain mengerutkan kening, bermuka manis, bermuka masam.
2. Isyarat yang ditunjukkan melalui gerak anggota tubuh selain kepala, meliputi:
a. Gerak tangan, antara lain melambai, mengepal, mengacungkan ibu jari, menempelkan telunjuk pada bibir, menunjuk dahi.
b. Gerak kaki, antara lain mengayun-ayun, menghentak-hentakkan, menendang-nendang.
c. Gerak seluruh tubuh, antara lain seperti terlihat pada pantomim, memiliki makna wacana sebagai teks.
Tanda-tanda nonbahasa yang bermakna berupa: (1) tanda rambu-rambu lalu lintas, dan (2) di luar rambu-rambu lalu lintas. Tanda lalu lintas, misalnya dengan warna lampu pada rambu-rambu lalu lintas: merah berarti ‘berhenti’, kuning berarti ‘siap untuk maju’, dan hijau berarti ‘boleh maju’; tanda diluar lalu lintas adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan dari kentongan, misalnya, berarti ada bahaya. Realitas makna kentongan diwujudkan oleh masyarakat pendukung wacana tersebut.

B. Wacana Berdasarkan Media Komunikasi
Berdasarkan media komunikasinya, wacana dapat diklasifikasikan atas wacana lisan dan tulisan.
1. Wacana tulis
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:52) wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis.
Menurut Mulyana (2005:51-52) wacana tulis (written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisian untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia.
Wacana tulis sering dipertukarkan maknanya dengan teks atau naskah. Namun, untuk kepentingan bidang kajian wacana yang tampaknya terus berusaha menjadi disiplin ilmu yang mandiri. Kedua istilah tersebut kurang mendapat tempat dalam kajian wacana. Apalagi istilah teks atau naskah tampaknya hanya berorientasi pada huruf (graf) sedangkan gambar tidak termasuk didalamnya. Padahal gambar atau lukisan dapat dimasukkan pula kedalam jenis wacana tulis (gambar). Sebagaiman dikatakan Hari Mukti Kridalaksana dalam Mulyana (2005:52), wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf atau karangan yang utuh (buku, novel, ensiklopedia, dan lain-lain) yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas berorientasi pada jenis wacana tulis.
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994: 7-8) wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud antara lain:
a. Sebuah teks/ bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang mengungkapkan sesuatu secara beruntun dan utuh, misalnya sepucuk surat, sekelumit cerita, sepenggal uraian ilmiah.
b. Sebuah alinea, merupakan wacana, apabila teks hanya terdiri atas sebuah alinea, dapat dianggap sebagai satu kesatuan misi korelasi dan situasi yang utuh.
c. Sebuah wacana (khusus bahasa Indonesia) mungkin dapat dibentuk oleh sebuah kalimat majemuk dengan subordinasi dan koordinasi atau sistem elipsis.
Perhatikanlah makna yang terdapat dalam pernyataan berikut:
“Ade mencintai bapaknya, saya juga.”
Ketidakhadiran verba pada klausa kedua (‘saya juga’) dan juga ketidakhadiran objek yang diramalkan klausa kedua adalah:
d. ..........................., saya juga mencintai bapak saya
Atau
e. ..........................., saya juga mencintai bapak Ade
2. Wacana lisan
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:55) wacana lisan atau spoken discourse adalah wacana yang disampaikan secara lisan, melalui media lisan.
Menurut Mulyana (2005:52) wacana lisan (spoken discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Adanya kenyataan bahwa pada dasrnya bahasa kali pertama lahir melalui mulut atau lisan. Oleh karena itu, wacana yang paling utama, primer, dan sebenarnya adalah wacana lisan. Kajian yang sungguh-sungguh terhadap wacana pun seharusnya menjadikan wacana lisan sebagai sasaran penelitian yang paling utama. Tentunya, dalam posisi ini wacana tulis dianggap sebagai bentuk turunan (duplikasi) semata.
Wacana lisan memiliki kelebihan dibanding wacana tulis. Beberapa kelebihan wacana lisan di antaranya ialah:
a. Bersifat alami (natural) dan langsung.
b. Mengandung unsur-unsur prosodi bahasa (lagu, intonasi).
c. Memiliki sifat suprasentensial (di atas struktur kalimat).
d. Berlatar belakang konteks situasional.
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:122) wacana lisan diciptakan atau dihasilkan dalam waktu dan situasi yang nyata. Oleh sebab itu, dalam semua bentuk wacana lisan terdapat kaidah-kaidah atau aturan-aturan mengenai siapa yang berbicara (kepada siapa) apabila (waktunya). Dengan perkataan lain, dalam wacana lisan, kita harus mengetahui dengan pasti:
a. Siapa yang berbicara
b. Kepada siapa
c. Apabila; pada saat yang nyata
Sebagai pegangan dalam pembicaraan selanjutnya dalam buku kecil ini, maka yang dimaksud dengan wacana lisan adalah satuan bahasa yang terlengkap dan terbesar di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan.
Disamping terdapat banyak persamaan, terdapat juga sejumlah perbedaan antara wacana tulis dan wacana lisan. Perbedaan itu dapat pula kita anggap sebagai ciri masing-masing. Dalam uraian berikut ini akan kita bicarakan beberapa hal yang merupakan ciri atau unsur khas wacana lisan, antara lain:
a. Aneka tindak
b. Aneka gerak
c. Aneka pertukaran
d. Aneka transaksi
e. Peranan kinesik
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:7) sebagai media komunikasi, wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran (tuturan) lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya berupa:
a. Sebuah percakapan atau dialog yang lengkap dari awal sampai akhir, misalnya obrolan di warung kopi.
b. Satu penggalan ikatan percakapan (rangkaian percakapan yang lengkap, biasanya memuat: gambaran situasi, maksud, rangkaian penggunaan bahasa) yang berupa:
Ica : .........................
Ania : “Apakah kau punya korek?”
Rudi : “Tertinggal di ruang makan tadi pagi.”
Penggalan wacana ini berupa bagian dari percakapan dan merupakan situasi yang komunikatif.

C. Wacana Berdasarkan Cara Pengungkapan
1. Wacana langsung
Wacana langsung atau direct discourse adalah kutipan wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi (Kridalaksana dalam Henry Guntur Tarigan, 1987:55).
2. Wacana Tidak Langsung
Wacana tidak langsung atau indirect discourse adalah pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya. (Kridalaksana, 1964: 208-9).

D. Wacana Berdasarkan Cara Pembeberan (Pemaparan)
Wacana pembeberan atau expository discourse adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis (Kridalaksana dalam Henry Guntur Tarigan, 1987:56).
1. Wacana naratif (narasi)
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:8) wacana naratif adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan hal atau kejadian (peristiwa) melalui penonjolan pelaku. Isi wacana ditujukan ke arah memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca. Kekuatan wacana ini terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu, cara-cara bercerita, atau aturan alur (plot).
Menurut Abdul Rani, Bustamul Arifin, dan Martutik (2006:45-46) wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Dalam narasi terdapat unsu-unsur cerita yang penting misalnya unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. Dalam wacana narasi harus ada unsur waktu, bahkan unsur pergeseran waktu itu sangat pentng. Unsur pelaku atau tokoh merupakan pokok yang dibicarakan, sedangkan unsur peristiwa adalah hal-hal yang dialami oleh sang pelaku.
Wacana narasi pada umumnya ditujukan untuk menggerakan aspek emosi. Dengan narsi, penerima dapat membentuk citra atau imajinasi. Aspek intelektual tidak banyak digunakan dalam memahami wacana narasi.
2. Wacana deskriptif (deskripsi)
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:11) wacana deskriptif berupa rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Wacana itu biasanya bertujuan mencapai penghayatan dan imjinatif terhadap sesuatu sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah merasakan atau mengalami sendiri secara langsung. Wacana deskriptif ini, ada yang hanya memaparkan sesuatu secara objektif dan ada pula yang memaparkannya secara imajinatif. Pemaparan secara objektif bersifat menginformasikan sebagaimana adanya, sedangkan pemaparan secara imajinatif bersifat menambahkan daya khayal. Daya khayal yang didapatkan didalam novel atau cerpen, atau isi karya sastra pada umumnya.
Menurut Abdul Rani, Bustamul Arifin, dan Martutik (2006:37-38) wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana tersebut adalah emosi. Hanya melalui emosi, seseorang dapat membentuk citra atau imajinasi tentang sesuatu. Oleh sebab itu, ciri khas wacana deskripsi ditandai dengan pengggunaan kata-kata atau ungkapan yang bersifat deskriptif, seperti rambutnya ikal, hidungnya mancung, dan matanya biru. Dalam wacana ini biasanya tidak digunakan kata-kata yang bersifat evaluatif yang terlalu abstrak seperti, tinggi sekali, berat badan tidak seimbang, matanya indah, dan sebagainya.
Wacana deskripsi banyak digunakan dalam katalog penjualan dan juga data-data kepolisian. Kalimat yang digunakan dalam wacana deskripsi umumnya kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif. Wacana deskripsi cenderung tidak mempunyai penanda pergeseran waktu seperti dalam wacana narasi.
3. Wacana Prosedural (Eksposisi)
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:9) wacana prosedural dipaparkan dengan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan dan secara kronologis. Wacana prosedural disusun untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara mengerjakan atau menghasilkan sesuatu.
Menurut Abdul Rani, Bustamul Arifin, dan Martutik (2006:38-39) wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh penerima. Oleh sebab itu, untuk memahami wacana eksposisi, diperlukan proses berpikir.
Wacana eksposisi menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kata tanya bagaimana. Oleh karena itu, wacana tersebut dapat digunakan untuk menerangkan proses atau prosedur suatu aktivitas. Khusus untuk menerangkan proses dan prosedur, kalimat-kalimat yang digunakan dapat berupa kalimat perintah disertai dengan kalimat deklaratif.
4. Wacana Hortatori (Argumentasi)
Menurut Abdul Rani, Bustamul Arifin, dan Martutik (2006:39-40) wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional (Rottenberg, 1988:9). Senada dengan itu, Salmon (1984:8) memberikan definisi argumentasi sebagai seperangkat kalimat yang disusun sedemikian rupa sehingga beberapa kalimat berfungsi sebagai bukti-bukti yang mendukung kalimat lain yang terdapat dalam perangkat itu.
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:10) wacana hortatori adalah tuturan yang berisi ajakan atau nasihat. Tuturan dapat pula berupa ekspresi yang memperkuat keputusan untuk menyakinkan. Wacana ini tidak disusun berdasarkan urutan waktu, tetapi merupakan hasil. Wacana ini digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar terpikat akan suatu pendapat yang dikemukakan. Isi wacana selalu berusaha untuk memiliki pengikut atau penganut, atau paling tidak menyetujui pendapat yang dikemukakannya itu, kemudian terdorong untuk melakukan atau mengalaminya. Yang termasuk wacana hortatori antara lain khotbah, pidato tentang politik.
Sebuah wacana dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya kontroversi antara penutur dan mitra tutur. Dalam kaitannya dengan isu tersebut, penutur berusaha menjelaskan alasan-alasan yang logis untuk meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau pendengar). Biasanya, suatu topik diangkat karena mempunyai nilai, seperti indah, benar, baik, berguna, efektif atau swebaliknya.
Pada dasarnya, kekuatan argumen terletak pada kemampuan penutrur dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu apa yang disebut pernyataan, alasan, dan pembenaran. Pernyataan mengacu pada kemampuan penutur dalam menentukan posisi. Alasan mengacu pada kemampuan penutur untuk mempertahakn pernyataannya dengan memberikan alasan-alasan yang relevan. Pembenaran mengacu pada kemampuan penutur dalam menunjukkan hubungan antara pernyataan dan alasan.
5. Wacana Ekspositori
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:10-11) wacana ekpositori bersifat menjelaskan sesuatu. Biasanya berisi pendapat atau simpulan dari sebuah pandangan. Pada umumnya, ceramah, pidato, atau artikel pada majalah dan surat kabar termasuk wacana ekspositori. Wacana ini dapat berupa rangkaian tuturan yang menjelaskan atau memeparkan sesuatu. Isi wacana lebih menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian pokok pikiran. Tujuan yang ingin dicapai melalui wacana ekspositori adalah tercapainya tingkat pemahaman akan sesuatu.
Wacana ekspositori dapat berbentuk ilustrasi dengan contoh, berbentuk perbandingan, uraian kronologis, identifikasi. Identifikasi dengan orientasi pada meteri yang dijelaskan secara rinci atau bagian demi bagian.
6. Wacana Dramatik
Wacan dramatik menyangkut beberapa orang penutur (persona) dan sedikit bagian naratif. Pentas drama merupakan wacana dramatik. Drama dahulu dikenal dengan sebutan ‘sandiwara’, tetapi sekarang lebih dikenal dengan nama drama.
7. Wacana Epistolari
Wacana epistolari digunakan di dalam hal surat-surat, dengan sistem dan bentuk tertentu. Wacana ini dimulai dengan alinea pembuka, isi, dan alinea penutup.
8. Wacana Seremonial
Wacan seremonial berhubungan dengan upacara adat yang berlaku di masyarakat bahasa. Wacan seremonial dapat berupa nasihat (pidato) pada upacara perkawinan, upacara kematian, upacara syukuran, dsb.

E. Wacana Berdasarkan Bentuk
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:57-59), wacana berdasarkan bentuknya dapat dibagi atas:
1. Wacana prosa
Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana ini didapat dan tertulis atau lisan, dapat berupa wacana langsung, dapat pula dengan pembeberan atau penuturan. Contoh: novel, cerpen, tesis, skripsi, dan lain-lain.
2. Wacana puisi
Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi baik secara tertulis maupun lisan.
3. Wacana drama
Wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk katalog baik secara tertulis maupun secara lisan.
Menurut pendapat Robert Longacre (dalam Mulyana, 2005:47-51) wacana berdasarkan bentuknya dapat dibagi atas:
1. Wacana naratif
Wacana naratif adalah bentuk wacana yang banyak dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah. Uraiannya cenderung ringkas. Bagian-bagian yang dianggap penting sering diberi tekanan atau diulang. Bentuk wacana naratif umumnya dimulai dengan alinea pembuka, isi, dan diakhiri oleh alinea penutup.
2. Wacana Prosedural
Wacana prosedural digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan. Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau aturan tertentu agar tujuan kegiatan tertentu itu berhasil dengan baik.
3. Wacana Ekspositori
Wacana ekspositori bersifat menjelaskan sesuatu secara informatif. Bahasa yang digunakan cenderung denotatif dan rasional
4. Wacana Hortatori
Wacana hortatori digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar tertarik terhadap pendapat yang dikemukakan. Sifatnya persuasif. Tujuannya adalah mencari pengikut/penganut agar bersedia melakukan, atau paling tidak menyetujui, pada hal yang disampaikan dalam wacana tersebut.
5. Wacana Dramatik
Menurut Menurut Mulyana (2005:50) wacana dramatik adalah bentuk wacana yang berisi percakapan antar penutur. Sedapat mungkin menghindari atau meminimalkan sifat narasi di didalamnya. Contoh teks dramatik adalah skenario film/sinetron, pentas wayang orang, ketoprak, sandiwara, dan sejenisnya.
Contoh wacana dramatik:
Ibu : Anakku, kamu sudah dewasa. Apalagi sekarang ini ibu sudah tua.
Anak : Maksud ibu?
Ibu : Ibu ingin segera punya cucu. Ibu ingin sekali menjadi nenek. Kamu harus segera mencari istri.
Anak : Saya kan belum punya pekerjaan tetap, Bu! Bagaimana nanti saya menghidupi istri dan anak-anak saya.
Ibu : Tidak usah khawatir. Ibu ada tabungan yang cukup buat kamu buka usaha. Tapi kamu harus pandai cari tambahan modal. Terima ini.
Anak : Terimakasih, Bu.
6. Wacana Epistoleri
Menurut Mulyana (2005:50) wacana epistoleri biasa dipergunakan dalam surat-menyurat. Pada umumnya memiliki bentuk dan sistem tertentu yang sudah menjadi kebiasaan atau aturan. Secara keseluruhan, bagian wacana ini diawali oleh alinea pembuka, dilanjutkan bagian isi, dan diakhiri alinea penutup.
7. Wacana Seremonial
Menurut Mulyana (2005:51) wacana seremonial adalah bentuk wacana yang digunakan dalam kesempatan semonial (upacara). Karena erat kaitannya dengan konteks situasi dan kondisi yang terjadi dalam seremoni, maka wacana ini tidak digunakan di sembarang waktu. Inilah bentuk wacana yang dinilai khas dan khusus dalam Bahasa Jawa. Wacana ini umumnya tercipta kerena tersedianya konteks sosio-kultural yang melatarbelakanginya. Secara keseluruhan, teks wacana seremonial terdiri dari alinea pembuka, dilanjutkan isi, dan diakhiri alinea penutup. Contoh wacana ini adalah pidato dalam upacara peringatan hari-hari besar, upacara pernikahan (Jawa: tanggap wacana manten)

F. Wacana Berdasarkan Isi
Menurut Mulyana (2005:57-63) klasifikasi wacana berdasarkan isi, relatif mudah dikenali. Hal ini disebabkan antara lain, oleh tersedianya ruang dalam berbagai media yang secara khusus langsung mengelompokkan jenis-jenis wacana atas dasar isinya. Isi wacana sebenarnya lebih bermakna sebagai ‘nuansa’ atau muatan tentang hal yang ditulis, disebutkan, diberitakan, atau diperbincangkan oleh pemakai bahasa (wacana).
Berdasarkan isinya, wacana dapat dipilah menjadi: wacana politik, wacana sosial, wacana ekonomi, wacana budaya, wacana militer, wacana hukum, dan wacana kriminalitas. Wacana yang berkembang dan digunakan secara khusus dan terbatas pada ‘dunia’-nya itu, dapat juga disebut sebagai register, yaitu pemakaian bahasa dalam suatu lingkungan dan kelompok tertentu dengan nuansa makna tertentu pula.
1. Wacana Politik
Wacana politik berkaitan dengan masalah politik.
2. Wacana Sosial
Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
3. Wacana ekonomi
Wacana ekonomi berkaitan dengan persoalan ekonomi. Dalam wacana ekonomi, ada beberapa register yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi. Contoh ungkapan-ungkapan register ekonomi seperti persaingan pasar, biaya produksi tinggi, langkanya sembako, konsumen dirugikan, inflasi, evaluasi, harga saham gabungan, mata uang, dan sebagainya.
4. Wacana budaya
Wacana budaya berkaitan dengan aktivitas kebudayaan. Meskipun sampai saat ini makna ‘kebudayaan’ masih terus diperdebatkan, namun pada wilayah kewicanaan ini, kebudayaan lebih dimaknai sebagai wilayah ‘kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup, dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari’. Wilayah tersebut kemudian menghasilkan bentuk-bentuk kebahasaan sabagai representasi aktivitasnya yang kemudian disebut wacana budaya.
5. Wacana militer
Wacana jenis ini hanya dipakai, dikembangkan di dunia militer. Instasi militer dikenal sangat suka menciptakan istilah-istilah khusus yang hanya dikenal oleh kalangan militer. Contoh istilah dalam wicana militer seperti operasi militer, desersi, intelijen, apel pagi, sumpah prajurit, veteran, dan lain-lain.
6. Wacana hukum dan kriminalitas
Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan, namun keduanya bagaikan dua sisi dari mata uang: berbeda tetapi menjadi satu kesatuan. Kriminalitas menyangkut hukum, dan hukum mengelilingi kriminalitas. Contoh istilah yang digunakan dalam wacana hukum dan kriminalitas seperti tersangka, tim pembela, kasasi, vonis, hakim.
7. Wacana olahraga dan kesehatan
Wacana olahraga dan kesehatan berkaitan dengan masalah olahraga dan kesehatan. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan misalnya, muncul kalimat ”Sempat joging 10 menit, didiagnosis jantung ringan”. Istilah joging adalah aktivitas olahraga ringan yang berkaitan dengan kesehatan. Oleh karena itu, munculnya istilah ’jantung ringan’ pada bagian berikutnya sama sekali bukan berarti berat jantung yang ringan (tidak berat), tetapi jenis sakit jantung pada stadium awal (masih belum mengkhawatirkan).





DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rani, Bustanul Arifin, dan Martutik. 2006. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing.
Henry Guntur Tarigan. 1987. Pengajaran wacana. Bandung: Angkasa.
Mulyana. 2005. Kajian wacana. Yogyakarta: Tiara wacana.
T. Fatimah Djajasudarma. 1994. Wacana (Pemahaman dan hubungan antar unsur). Bandung: PT. UNESCO.

Kata Mutiara

Kebahagiaan dapat ditemukan, bahkan di saat-saat suram sekalipun; namun jika seseorang ingat untuk menyalakan lampu.

Sabtu, 26 November 2011

Kata Mutiara

Wahai Sahabatku,, Sesungguhnya Amat dangkal pikiran manusia bila yang mengatakan bahwa "perempuan cantik"adalah yg berbaju minim, ketat ,dan Terbuka...

Seharusnya ia berfikir.
tahukan engkau "jika ada kue yg sudah terbuka dijual di pinggir jalan" = harga kue murah, dan jarang pembeli mampir (takut sakit perut)

... Bandingkan dgn kue yang dijual di etalase toko, dibungkus rapi, tertutup dgn kemasan indah, harga bertambah mahal, tidak sembarang orang boleh membukanya kecuali sudah bayar, dan aman bagi kesehatan.

Demikian jg dgn Muslimah Cantik yg Menjadikan Hijab dan Malu sebagai Mahkota dirinya,, SubhanALLAH,,,

Cara Tradisional Mengatasi Jerawat

cara-cara tradisional untuk membantu menyembuhkan atau paling tidak mengurangi tumbuhnya jerawat. Salah satunya dengan menggunakan lima tanaman obat yaitu tomat, belimbing wuluh, mentimun, jeruk nipis, dan temulawak yang dipercaya bisa membasmi jerawat yang membandel.

  1. Tomat (Lycopercisum esculentum Mill)
    Tomat banyak mengandung aneka vitamin, antara lain vitamin C, viamin A dan B1 serta mengandung zat-zat seperti protein, kalsium, besi, dan belerang. Untuk mengusir jerawat, pilih tomat yang sudah masak, kemudian potong-potong sama rata, setelah itu langsung dipakai untuk menggosok wajah berjerawat. Jika tekun membiasakan diri memakai buah tomat, wajah Anda dijamin bakal kembali berseri-seri, bebas dari jerawat.
  2. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
    Belimbing wuluh yang daging buahnya banyak mengandung air yang berasa asam. Warna buahnya ada yang hijau, ada pula yang putih. Belimbing wuluh mengandung kalsium oksalat, flavonoid, pectin, tanin, asam galat dan asam ferulat. Guna menyingkirkan jerawat, ambil 5 buah belimbing wuluh, cuci bersih kemudian tumbuk sampai halus. Setelah itu remas-remas dengan air garam secukupnya. Gosokkan pada wajah atau bagian tubuh lain yang berjerawat. Lakukan tiga kali sehari. Bisa juga dengan ramuan tradisional sebagai berikut sediakan 6 buah belimbing wuluh, 1 sendok teh serbuk belerang, dan satu buah jeruk nipis. Caranya, belimbing wuluh dan serbuk belerang digiling sampai halus, kemudian remas-remas dengan air jeruk nipis. Lalu gosokkan pelan-pelan pada wajah yang berjerawat. Lakukan 3 kali sehari.
  3. Mentimun (Cucumis sativus)
    Mentimun juga dapat digunakan untuk melawan jerawat yang nakal, disamping mengandung banyak air, juga mengandung vitamin A, B1 dan C serta beberapa zat seperti saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi dan belerang. Berkaitan dengan jerawat, pilih mentimun yang masih muda. Cuci bersih, lalu potong-potong, kemudian perlahan-lahan gosokkan pada wajah yang berjerawat. Biasakan minimal tiga kali sehari.
  4. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle)
    Buah jeruk nipis mengandung unsur senyawa kimia antara lain limonene, linalin asetat, geranil asetat, felladren, sitral, dan asam sitrat. Untuk menghalangi jerawat, pilih buah jeruk nipis yang sudah tua lalu potong-potong sama rata. Gosokkan pada wajah yang berjerawat, sekitar 2-3 kali sehari. Atau dengan ramuan tradisional yaitu Sediakan 20 kuntum bunga melati, 2 jari asam jawa (bahasa jawa : asam kawak), 1 buah jeruk nipis. Caranya, bunga melati, asam jawa dan belerang dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Remas-remas dengan air jeruk nipis. Kemudian gosok perlahan-lahan pada wajah yang berjerawat.
  5. Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb)
    Temulawak juga bisa digunakan untuk membasmi jerawat karena didalamnya terdapat komponen utama kandungan zat yaitu kurkumin dan minyak atsiri. Kurkumin bermanfaat sebagai acnevulgaris, antiflamasi (antiradang), dan anti-hepatoksik (antikeracunan empedu). Sedangkan minyak atsiri temulawak mengandung phelandren, kamfer, bomeol, xanthorrhizol, dan sineal. Bila ingin wajah tidak ternodai jerawat, ambil satu jari rimpang temulawak, cuci bersih dan potong-potong. Rebus dengan air bersih sebanyak 4 gelas lalu biarkan mendidih hingga tinggal separuhnya. Setelah dingin, dapat disaring dan diminum (dapat ditambahkan madu). Minumlah dua kali sehari dan sekali minum sebanyak satu gelas.
Namun, dewasa ini, tidak hanya kulit wajah saja yang dapat terinfeksi jerawat. Kulit punggung pun dapat terkena jerawat.
Daerah punggung adalah bagian yang banyak memproduksi minyak, sama seperti daerah wajah. Dan minyak akan semakin banyak jika anda sering memijat bagian tersebut, karena pemijatan yang keras akan menstimulasi kelenjar minyak. Karena berminyak itulah maka punggung sering kali di tumbuhi jerawat, apalagi punggung adalah daerah yang sulit di jangkau saat mandi, maka punggung terkadang tidak dapat di bersihkan secara optimal.
Jerawat dipunggung sangat sulit menghilangkannya, tidak seperti menghilangkan jerawat diwajah.
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan jerawat dipunggung adalah dengan putih telur dan mentimun. Manfaat dari putih telur untuk mengangkat sel-sel kulit mati sedangkan mentimun ampuh untuk menghilangkan noda hitam dikulit.
Berikut tips untuk menghilangkan jerawat di punggung.
  1. Pisahkan putih telur dengan kuningnya, kemudian kocok putih telur hingga kaku
  2. Potong kecil-kecil mentimun, kira-kira 3 cm
  3. Masukan putih telur dan mentimun kedalam blander hingga menjadi jus
  4. Oleskan kedua bahan tersebut yang sudah di blender ke punggung yang berjerawat hingga 15 menit. Kemudian bilas dengan air hangat
Untuk hasil yang maksimal lakukanlah secara rutin 2 kali dalam seminggu, hingga jerawat benar-benar hilang.
Selain itu, yang perlu di perhatikan adalah saat mandi, gosok bagian punggung anda dengan menggunakan loopah atau sponge yang bergagang, jangan menggosok dengan terlalu keras. Lakukan masker pada bagian punggung, dengan masker sesuai jenis kulit anda atau dengan masker lumpur. Selain itu, kenakanlah pakaian yang dapat menyerap keringat dari bahan katun yang biasanya lebih nyaman.

Jumat, 25 November 2011

Kata Mutiara ~*Cinta Yang Hadir Dalam Diamku*~

Dibalik hijab ku melihatmu
Satu sosok yg menggugah hati
...
Kelembutan suara yg menenangkan jiwa

Seuntai senyuman yg selalu terhias diwajahmu

Saat diri ini melintas di hadapanmu
Tertunduk malu aku berjalan tanpa hirau
Padahal hati ini berdegup kencang
Sebenarnya mata ini ingin menatap indahnya dirimu

Hati dan kenyataan berbeda, ku tepis semuanya
Agar iffah dan izzahku tetap terjaga
Begitu pun dirimu, aku menghormatimu
dengan tidak menatap mata yg penuh
dengan rasa syukur

Cinta ini untukmu hanya dalam diam

Kekaguman ini hanya hadir dibalik diam
dalam diam
Ku berdoa kepada Ilahi Rabbi
semoga cinta diamku untukmu,
bisa mendekatkan aku kepada Yang Maha Penyayang
Aamiin ya Rabbal ‘alamin ………

Kata Mutiara ~*Kemurnian CINTA Sang Bidadari Pencari Cinta Sejati-Nya*~

Ya Allah…

Seandainya telah Engkau catatkan
... dia akan mejadi teman menapaki hidupku

Satukanlah hatinya dengan hatiku

Titipkanlah kebahagiaan diantara kami

Agar kemesraan itu abadi

Ya Allah… ya Tuhanku yang Maha Mengasihi

Seiringkanlah kami melayari hidup ini

Ke tepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi ya Allah…

Seandainya telah Engkau takdirkan dia bukan milikku

Bawalah ia jauh dari pandanganku

Luputkanlah ia dari ingatanku

Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan

Ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti…

Berikanlah aku kekuatan

Melontar bayangannya jauh ke dada langit

Hilang bersama senja nan merah

Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya

Dan ya Allah yang tercinta…

Gantikanlah yang telah hilang

Tumbuhkanlah kembali yang telah patah

Walaupun tidak sama dengan dirinya….

Ya Allah ya Tuhanku…

Pasrahkanlah aku dengan takdirMu

Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan

Adalah yang terbaik buatku

Karena Engkau Maha Mengetahui

Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah…

Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku

Di dunia dan di akhirat

Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini

Jangan Engkau biarkan aku sendirian

Di dunia ini maupun di akhirat

Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran

Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman

Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup

Ke jalan yang Engkau ridhai

Serta kurniakanlah pada ku keturunan yang sholeh / sholehah

(¯`v´¯). ♥Aamiin ya Robbal 'alamiin ♥.(¯`v´¯)

Kata Mutiara

~*Dalam diam ku simpan rasa cintaku,,,
Dalam hening ku kemas semua harapanku,,, dan Ku simpulkan dalam setiap Istikharahku kepada-Nya. Biarlah,,, kelak nyata-Nya yang akan berkisah dalam nyata ku.... *~

Ya Rabb...
Jagalah Hati Hamba, Pegang erat hati hamba agar tak mencoba untk berpaling dari-Mu,,,,
... Tuntun Hati hamba agar hanya mau menerima CINTA seorang Hamba yang benar2 Pilihan-MU bukan Semata-mata Pilihan Nafsuku....

(¯♥ Aamiin Ya Rabbal'alamin ♥¯)

Kata Mutiara

SUNGGUH sangat beruntung bagi wanita shalihah di dunia ini. Ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Kalau pun ia wafat, maka Allah akan menjadikannya bidadari di akhirat nanti. Oleh karena itu, para pemuda jangan sampai salah memilih pasangan hidup. Pilihlah wanita shalihah untuk dijadikan istri dan pendamping hidup setia.

Siti Khadijah r.a. adalah figur ...

Kata Mutiara *KU TUNGGU PINANGANMU*

″AKHI..Jgn engkau puja puji aku bila pujianmu hanyalah janji2 yg tak menentu. Hanya m'buatku terlena dan terbuai hingga aku lupa bahwa kita sedang bermaksiat.
Kau puji diriku, tapi kau hanya ingin membuatku tersenyum dan makin terbuai rayuanmu. Tidak..tidak!! akhi,aku ingin kau puji stlh kau halal bagiku. Maka datangilah waliku akhi.. ku tunggu pinanganmu..

... Tak akan aku langgar iffah ku dgn ajakan khalwat dari mu.
Engkaupun sebenarnya tahu,hal itu hanya akan menimbulkan badai kelabu yg membuat aku tak berdaya kerana pihak ketiga yg tak lain syaitan yg ada di dekat ku. Maka datangilah waliku akhi.. ku tunggu pinanganmu..

Jagalah sikapmu pada ku, maka akan ku jaga sikapku padamu,aku lemah akan sanjunganmu. Kecintaan ini ingin ku persembahkan kelak untuk suami, cinta kasih ini yg akan ku tuai untuk mencari ke redhaan suami kelak.
Jadi bagaimana mungkin ku mencinta pada hal yg tidak halal bagi ku, tentu Allah tak akan pernah ridha pada ku. Maka datangilah waliku akhi.. ku tunggu pinanganmu..

Jilbabku untuk melindungi kehormatan ku, santun ku untuk menjaga iffah . Jangan kau lenakan aku agar ku lepas kan kehormatan di hadapanmu sebelum engkau halal bagi ku.
Sungguh ku ingin engkau pun ikut menjaga kehormatan ku dgn menjaga ku, bukan malah membawa pada kenistaan. Agar kau mampu menjaga ku secara utuh, Maka datangilah waliku akhi.. ku tunggu pinanganmu..

Aku memang tak sesempurna Aisyah dlm kecerdasannya ataupun Fatimah dgn kelembutannya. Tapi aku akan berusaha cerdas layaknya Aisyah dlm naunganmu dan ku akan berusaha selembut Fatimah dlm menenangkanmuMaka datangilah waliku akhi.. ku tunggu pinanganmu..

Kau memang tak sehebat Ali ataupun sekuat Umar, tetapi kau akan menjadi hebat seperti Ali ketika kau menjaga ku dlm kelemahan ku dan kau akan sekuat Umar agar ku tidak selalu menjadi tulang yg bengkok. Sungguh Ku memerlukan imam yg mampu m'jaga keimanan, bkn yg mebawa kami pada jurang maksiat. Maka datangilah waliku akhi
Ku Tunggu Pinanganmu..

Kata Mutiara

Yakinlah, ALLAH akan menjagamu selama engkau
berusaha menjaga diri mu, menjaga lisanmu dan pandanganmu, kepada sesuatu
yang TIDAK Halal untuk kau pandang..
Taukah engkau bahwa Kecantikan seorang akhwat
akan lebih berharga bila di ukur dengan ketaatannya kepada Rabb-nya...
Namun akan menjadi Hina tatkala kau bebaskan dirimu menjadi mangsa tatapan lelaki yg bukan MAHRAMmu.....

Kata Mutiara *ReNungan Pernikahan*



“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina.

Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas.
...
Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya.
Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama”

(HR. Ibnu Majah)

♥♥♥.♥♥♥
Sungguh tidak dipungkiri bahwa kecantikan itu menarik krn itu lumrah dan indah dipandang mata. tp bukan berarti hanya kecantikanya itu saja yg dijadikan patokan dlm memilih pasangan hidup. . .

Selasa, 22 November 2011

Kata Mutiara

Duhai engkau yg jauh disana. .
Yg kucintai dlm hening. .
Biar tdk pernah bertemu mata. .
Tdk pernah bersua bersama. .
Tdk mengungkap janji azimat yg nista. .
... Karena it bukanlah utama dlm membina mahligai bhagia. .

Cukuplah kata kata yg membwa kta mengingati Allah. .
Cukuplah nasihat serta teguran yg membwt kta lbh mendkati yg Maha Esa. .
Ckuplah driku tahu drimu punya iman dan agama. .

Hati kta Allah yg punya,
hati kta Allah yg jaga. .
Hati kta Allah yg thu segalalanya.
Dan Allah mampu memb0lak balik hati hamba hambanya .

Jika benar engkau yg Allah plih untkku, jgalah hatimu untku. .
Yg akan menjadi pendamping hdupmu kelak. .
Seperti aku jg sedang menjaga htiku untkmu karenaNYA. .

Maka berd0alah karena itu senjata kta. .
Andai takdir hdup bersama . .
Pasti Allah akan mempermudah jalan untk kta. .aamiin
insya Allah. :)

Teruntuk
sang pangeran yg sh0leh. .la tahzan
Temuilah aku dlm sjud istikh0r0hmu. .
Ku kan sbar menunggumu. .
Jemputlah aku jika saatnya tiba ^_^