Perkembangan Bahasa pada Anak
BAB. I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak adalah interesting subject matter yang selalu menarik untuk menjadi
bahan pembicaraan, karena anak-anak adalah makhluk yang unik dan sangat
‘hidup’. Setiap detik kehidupan yang dilaluinya akan memberikan warna
bagi keseluruhan hidup di masa dewasanya kelak. Siapapun kita, pasti
telah melalui masa kanak-kanak, masa yang sedikit banyak telah
mempengaruhi kita sehingga menjadi seperti sekarang ini.
Perjalanan seorang anak manusia dimulai ketika sel sperma berjuang
mendapatkan cintanya setelah bersaing dengan jutaan sperma lainnya. Sel
sperma dan sel telur yang bersatu inilah yang akhirnya akan tumbuh dan
berkembang menjadi sesosok makhluk unik yang terus dan terus mengalami
proses perkembangan sejak ia masih berbentuk segumpal darah sampai ia
dilahirkan dan kemudian mengakhiri tugasnya di dunia ini.
Begitu banyak tugas perkembangan yang harus dijalani sseorang anak
manusia yang kesemuanya melalui periode-periode tertentu, sejak sebelum
lahir (prenatal), masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dewasa dan
tua.
Proses perkembangan yang begitu pesat baik dari segi kognitif, emosi,
sosial maupun perkembangan bahasanya terutama terjadi pada masa
kanak-kanak. Perkembangan bahasa seorang anak dimulai saat anak yang
baru saja dilahirkan ke dunia menangis. Inilah tanda awal dimulainya
anak berkomunikasi dengan dunia luar dengan kemampuan dasar yang
dimilikinya.
Pembahasan tentang perkembangan bahasa ini menjadi suatu hal yang
menarik mengingat tugas perkembangan bahasa merupakan sebuah tugas
“besar” yang harus diselesaikan oleh anak-anak. Mereka harus menguasai
semua peringkat bahasa tidak hanya ucapan yang tepat tetapi juga tidak
terbatas cara menggabungkan kata menjadi kalimat untuk mengungkapkan
gagasan. Hal yang mengagumkan adalah bahwa sebenarnya anak-anak dalam
semua budaya dapat menyelesaikan hal yang begitu banyak hanya dalam
waktu empat atau lima tahun.
B. TUJUAN
1. Membahas tentang proses perkembangan bahasa pada anak-anak
2. Menyajikan beberapa hasil penelitian tentang perkembangan bahasa pada anak-anak
3. Menganalisa hasil-hasil penelitian tentang perkembangan bahasa
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI BAHASA
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi, baik lisan, tertulis atau
isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa
terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta
aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya.
Jika bunyi-bunyian itu mempunyai artikulasi tertentu yaitu diucapkan
dengan jelas dan mengandung intensi/maksud tertentu, bunyi-bunyian itu
disebut sebagai bahasa. Menurut Kartini Kartono (2007), bahasa dapat
dapat berfungsi sebagai:
1. alat untuk mengungkapkan fikiran dan maksud tertentu
2. alat untuk berkomunikasi dengan orang lain
3. alat untuk membuka lapangan rohaniah yang lebih tinggi tarafnya
4. alat untuk mengembangkan fungsi-fungsi tanggapan, perasaan, fantasi, intelek dan kemauan.
Sedangkan menurut Halliday (1975), bahasa mempunyai fungsi:
1. Instrumental
Anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan keinginannya (misalnya: “Aku ingin………”)
2. Regulation
Anak menggunakan bahasa untuk mengontrol orang lain (misalnya: “Lakukan itu untukku!”)
3. Interpersonal
Anak menggunakan bahasa untuk berinteraksi dengan orang lain (misalnya: “Kita ngobrol soal film, yuk..!”)
4. Personal
Anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dirinya (misalnya: “Aku jago main pemain baseball”)
5. Questioning
Anak menggunakan bahasa untuk mengetahui dunia ini dengan bertanya (misalnya: “Mengapa langit berwarna biru?”)
6. Imagination
Anak menggunakan bahasa untuk berimajinasi (misalnya: “Misalnya saja, kita menjadi adalah Mama dan Papa”)
7. Information
Anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain (misalnya: “Aku mau cerita tadi aku ngapain aja di sekolah.”)
Bahasa merupakan tanda atau simbol dari benda-benda serta menunjuk
pada maksud-maksud tertentu. Kata-kata, kalimat dan bahasa selalu
menampilkan arti-arti tertentu. Sehubungan dengan arti simbolik tadi,
bahasa dipakai juga sebagai alat untuk mengahayati pengertian-pengertian
dan peristiwa-peristiwa di masa lampau, masa kini dan masa mendatang.
Oleh karena itu bahasa sangat besar artinya bagi anak sebagai alat bantu
mengembangkan fungsi-fungsi rohaniahnya.
Kita perlu bahasa untuk berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang
lain, membaca dan menulis. Bahasa memampukan kita mendeskripsikan
kejadian-kejadian di masa lalu dan merencanakan masa depan. Bahasa
membuat kita dapat mewariskan informasi dari generasi ke generasi
berikutnya dan menciptakan suatu warisan budaya yang kaya.
Anak-anak di China dapat berbahasa Cina, sama halnya dengan anak-anak di
Inggris yang dapat berbahasa Inggris. Anak-anak belajar bicara dengan
mencontoh atau mengikuti suara yang didengarnya. Bahasa, sama seperti
kemampuan lainnya diperoleh dari proses observasi/pengamatan,
imitasi/peniruan dan penguatan/penghargaan (Skinner, 1957).
Kelihatannya, bahasa bukanlah suatu hal yang rumit, dan kemampuan
berbahasa dalam hal ini bukanlah sebuah kemampuan yang khusus. Padahal
bahasa adalah salah satu fenomena yang kompleks dan misterius yang
pernah dipelajari oleh para peneliti dan merupakan sesuatu yang dapat
dipelajari tanpa proses pengajaran formal sekalipun.
B. PENGERTIAN PERKEMBANGAN BAHASA
Berpikir adalah ciri yang khas yang membedakan manusia dengan hewan.
Bahasa merupakan salah satu dari hasil proses berpikir. “Bahasa” hewan
bukanlah bahasa seperti manusia yang dimiliki manusia. “Bahasa” hewan
adalah bahasa instink yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan,
sedangkan bahasa manusia adalah hasil dari kebudayaan yang harus
dipelajari dan diajarkan.
Dengan bahasa, manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu yang
baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Semua benda, nama
sifat, pekerjaan, dan hal yang yang abstrak, diberi nama. Dengan
demikian, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat
disimpannya, menjadi tanggapan-tanggapan dan pengalaman-pengalaman
kemudian diolahnya (berpikir) menjadi pengertian-pengertian.
Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam
bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non
verbal yaitu dengan tulisan, bacaan, tanda, simbol atau bahasa isyarat.
Berbahasa itu sendiri merupakan proses kompleks yang tidak terjadi
begitu saja. Manusia berkomunikasi lewat bahasa memerlukan proses yang
berkembang dalam tahap-tahap usianya.
Pada usia kira-kira 1 tahun, anak mulai memberi nama benda-benda.
Setelah tahu banyak tentang dunia ini, anak mungkin mempunyai konsep
untuk orang tua, binatang piaraan, makanan, mainan dan anggota badan,
sebelum mereka tahu namanya. Apa yang mereka lakukan pada waktu mereka
mulai dapat berbicara adalah menghubungkan konsep ini pada kata-kata
yang digunakan untuk orang dewasa. Hal ini tidak terjadi sekaligus.
Seorang anak perempuan 3 tahun telah mempunyai konsep berbagai macam
warna dan tahu bahwa kata-kata tertentu adalah nama warna tetapi tidak
tahu nama yang sesuai dengan warna tertentu. Ketika ditanya tentang
warna biru, dia dapat saja mengatakan “merah” (Miller dan Johnson-Laird,
1976).
Seorang psikologi perkembangan dari Illinois State University bernama
Laura E. Berk (1989) setelah mempelajari dan meneliti berbagai aspek
perkembangan individu, sampailah dia pada suatu kesimpulan bahwa
perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling
kompleks dan mengagumkan. Sungguhpun bahasa itu kompleks, namun pada
umumnya perkembangan pada individu dengan kecepatan luar biasa terjadi
pada awal masa kanak-kanak.
Anak datang dengan kemampuan membedakan bunyi yang bersesuaian dengan
fonem yang berbeda dalam semua bahasa. Fakta luar biasa tersebut
ditentukan oleh eksperimen dimana bayi dipresentasikan pasangan bunyi
secara berurutan sementara mereka mengisap dot.
Berbagai peneliti psikologi perkembangan mengatakan bahwa secara umum
perkembangan bahasa lebih cepat dari perkembangan aspek-aspek lainnya,
meskipun kadang-kadang ditemukan juga sebagian anak yang lebih cepat
perkembangan motoriknya daripada perkembangan bahasanya. Berdasarkan
hasil-hasil penelitiannya maka para ahli psikologi perkembangan
mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam
menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam
kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.
Perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu
menunjukkan perkembangan bahasa individu yang bersangkutan.
C. TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PERKEMBANGAN BAHASA
Penelitian telah menunjukkan bahwa janin mampu membentuk kenangan di
dalam rahim mengenai hal penting dalam proses pembelajaran bahasa awal.
Selain itu biasanya akan terjadi perubahan detak jantung saat bayi
mendengar suara yang sering didengarnya (familier). Kenangan tersebut
mungkin terjadi pada awal kehamilan trimester ketiga yang merupakan
titik awal sistem pendengaran mulai bisa menanggapi sinyal akustik.
Pada usia 2 bulan, bayi memang sudah membedakan suara satu dengan
lainnya, serta memberi respon dengan tersenyum atau tertawa. Sampai usia
6 bulan bayi sudah bisa mengeluarkan ocehan atau lontaran suara. Di
usia 8 bulan, ia sudah mengerti beberapa suara dan kata. Hal ini sangat
berguna untuk membantu perkembangan pemahamannya. Ia pun mulai bisa
berteriak untuk mencari perhatian, berespon kala namanya dipanggil, dan
tertarik saat ada orang berbicara meski tak langsung tertuju pada
dirinya.
Penguasaan bahasa anak akan berkembang menurut hukum alami, yaitu
mengikuti bakat, kodrat dan ritme perkembangan yang alami. Namun
perkembangan tadi sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau oleh stimuli
ekstern (lingkungan). Disamping itu bahasa anak berpadu erat dengan alam
penghayatannya terutama sekali dengan emosi/perasaannya. Hal ini jelas
terungkapkan dalam lagu, irama dan suara anak sewaktu ia mengucapkan
kata-kata dan kalimat.
Hasil pelbagai penyelidikan menunjukkan bahwa perkembangan bahasa anak
yang sesuai dengan norma tata bahasa belum bisa selesai pada usia 12-18
bulan. Oleh karena itu anak harus banyak belajar bicara baik dengan
menggunakan bahasa yang halus.
Sambil bercakap-cakap anak melatih fungsi bicaranya. Sekaligus juga
melatih diri kepribadiannya karena didorong oleh hasrat yang kuat untuk
berkomunikasi dengan manusia lain (untuk berdialog dan mencari Aku yang
lain dan untuk memhami dunia sekitar). Dalam proses belajar menguasai
bahasa, terdapat periode stagnasi di mana anak dihadapkan pada banyak
kesulitan dalam penguasaan bahasanya dan kemajuan anak berlangsung
sangat lambat sekali. Periode stagnasi sedemikian ini lalu diselingi
dengan periode perkembangan yang sangat cepat.
Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan bicara pada anak
yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu:
1. Tahap eksternal, yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal
dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang memberikan
pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung jawab dengan anak.
2. Tahap egosentris, yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.
3. Tahap Internal, yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya.
Sedangkan, Clara dan William Stern membagi perkembangan bahasa anak dalam 4 tahapan yaitu:
1. Prastadium
Pada tahun pertama: meraba, kemudian menirukan bunyi-bunyi. Mula-mula
menguasai huruf hidup kemudia huruf mati, terutama huruf-huruf bibir.
Lalu berlangsung proses reduplikasi atau pengulangan suku kata seperti
;l ma-ma, pa-pa, mam-mam, dll
2. Masa Pertama (12-18 bulan)
Merupakan stadium kalimat-satu kata. Satu perkataan dimaksudkan untuk
mengungkapkan satu perasaan atau satu keinginan. Umpama kata ‘mama’
dimaksudkan untuk: “Mama, saya minta makan”.
3. Masa Kedua (18-24 bulan)
Merupakan stadium-nama. Pada saat ini timbul kesadaran bahwa setiap
benda mempunyai nama. Jadi ada kesadaran tentang bahsa. Anak mengalami
peristiwa “lapar-kata” yaitu mau menghafal secara terus menerus kata-kta
baru dan ingin memahami atinya. Perbendaharaan kata anak jadi semakin
bertambah dengan cepatnya dan anak akan selalu merasa “haus tanya”
dengan jalan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya.
4. Masa Ketiga (24-30 bulan)
Merupakan stadium-flexi. Lambat laun anak mulai menggunakan kata kerja
dengan menambahkan awalan, akhiran dan sisipan. Bentuk kalimat-kalimat
masih tunggal, kemudian anak mulai menggunakan kata seru , kalimat tanya
dan penjelasan. Lalu bisa merangkaikan kalimat-kalimat pendek.
5. Masa Keempat (30 bulan ke atas)
Merupakan stadium anak kalimat. Pertanyaan anak kini sudah menyangkut hubungan waktu (kapan) dan sebab musabab (mengapa).
Berbicara adalah bagian terbesar dari bahasa yang kita gunakan
sehari-hari. Namun bahasa lebih dari sekedar bicara. Bahasa terdiri dari
elemen-elemen komunikasi seperti bahasa tubuh, gerak gerik dan kontak
mata. Seorang anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Perkembangan
bahasa dan bicara pada anak menurut aturan yang normal adalah sebagai
berikut:
Sebagai bahan perbandingan, ada pula yang membuat diagram perkembangan bahasa menurut usia anak sebagai berikut:
Umur Anak Ciri atau Tipe Perkembangan Bahasa
6 Bulan • Vokalisasi dengan intonasi
• Merespon namanya
• Menanggapi suara manusia tanpa petunjuk visual dengan memutar kepala dan mata
• Menanggapi secara tepat intonasi ramah atau marah
12 Bulan • Menggunakan satu atau lebih kata dengan makna
• Memahami petunjuk sederhana, terutama jika vokal atau isyarat fisik diberikan
• Praktik infleksi
• Menyadari nilai sosial dari ucapan
18 Bulan • Memiliki kosakata sekitar 5-20 kata
• Kosakata terutama terdiri dari kata benda
• Beberapa echolalia (mengulang kata atau frase berulang-ulang)
• Banyak jargon dengan konten emosional
• Mampu mengikuti perintah sederhana
24 Bulan • Dapat menamai sejumlah objek umum bagi lingkungannya
• Dapat menggunakan setidaknya dua preposisi, biasanya dipilih dari berikut ini: di, pada, di bawah
• Menggabungkan kata-kata menjadi kalimat pendek-terutama kombinasi kata benda-kata kerja
• Sekitar 2 / 3 dari apa yang dikatakan anak dapat dipahami
• Memiliki kosakata sekitar 150-300 kata
• Irama dan kefasihan sering buruk
• Volume dan nada suara belum terkontrol dengan baik
• Dapat menggunakan dua kata ganti dengan benar
• Saya (sebagai subyek) dan saya (sebagai obyek) mulai muncul
• Dapat merespon perintah seperti “tunjukkan matamu”
36 Bulan • Dapat menggunakan kata ganti aku dan kau
• Dapat menggunakan beberapa kata jamak
• Tahu setidaknya tiga preposisi, biasanya di, pada, di bawah
• Tahu bagian tubuh
• Memahami kalimat tiga kata dengan mudah
• Memahami sekitar 900-1000 kata
• Sekitar 90% kata-katanya dapat dipahami
• Verba mulai mendominasi
• Mengerti pertanyaan paling sederhana yang berhubungan dengan lingkungan dan kegiatan
• Menghubungkan antara pengalaman-pengalamannya
• Mampu memberikan alasan dari pertanyaan-pertanyaan seperti “apa yang
harus dilakukan ketika kamu mengantuk, lapar, dingin, atau haus?”
• Harus mampu menjelaskan jenis kelamin, nama, usianya
• Walaupun anak mengerti maksudnya, namun belum tentu ia dapat menjawab semua pertanyaan.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
BAHASA
Menurut pandangan yang nativistik atau organismis maka struktur bahasa
telah ditentukan secara biologis. Tokoh yang penting dari pandangan ini
adalah ahli linguistic : Noam Chomsky. Chomsky mengatakan bahwa anak
lahir ke dunia dengan Language Acquisition Device (LAD) yaitu sifat
biologis yang membuat anak dapat mendeteksi bentuk dan aturan tata
bahasa termasuk phonology, syntax dan semantics.
Chomsky membuat suatu model untuk menunjukkan bagaimana anak belajar
tata bahasa. Model Chomsky dikenal sebagai LAD. Sistem LAD Chomsky
menunjukkan bagaimana anak belajar tatabahasa. Sebelum tatabahasa
terbentuk pada anak-anak, anak mendapat input dari data bahasa dari
lingkungannya. Kemudian LAD menjabarkan aturan tatabahasa dari data
input ini. Hal ini dapat dilakukan oleh LAD karena LAD mempunyai
struktur internal yang dapat menjabarkan struktur yang sama dari semua
bahasa, dan yang juga ada dalam tatabahasa yang masuk tadi. Dengan kata
lain, sistem LAD mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk dapat
mengadakan penjabaran atau ekstrasi dari semua bahasa.
Penelitian Neurofisiologis menunjukkan bahwa belajar bicara dan
perkembangan Struktur neural yang spesifik yang berhubungan dengan
bahasa mempunyai lokalosasi terutama pada hermisfer otak bagian kiri dan
keduanya berhubungan erat satu sama lain. Bila terjadi kerusakan
hermisfer bagian ini pada tahap awal, maka hermisfer kanan masih bisa
mengambil alih fungsi ini.
Bayi yang baru lahir beberapa hari akan menangis dengan intonasi yang
mencerminkan bahasa yang digunakan orangtuanya. Bayi mempelajari bahasa
yang sering didengarnya itu sejak usia kehamilan trimester ketiga.
Kesimpulan yang diambil oleh peneliti dari Jerman adalah janin yang
mendengarkan bahasa ibunya selama kehamilan trimester terakhir akan
meletakkan dasar-dasar belajar bahasa itu sebelum bayi tersebut
dilahirkan.
Sementara itu, aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan
sebaliknya, yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak
ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses
belajar dari lingkungan sekitarnya. Jadi, menurut aliran ini proses
belajarlah yang sangat menentukan kemampuan perkembangan bahasa
seseorang. Dari perspektif ini, meskipun kemampuan bahasa orang tuanya
kurang baik dan lambat tetapi jika proses stimulasi dan proses belajar
dilakukan secara intensif dengan lingkungan berbahasa secara baik dan
cepat, kemampuan perkembangan bahasa anak menjadi baik dan cepat.
Memang teori belajar dapat memberikan pengertian mengenai peranan
interaksi antara ibu dengan anaknya yang sedang belajar bahasa,
interaksi bahasa antara ibu dan anak menentukan apakah anak dapat
meluaskan kompetensi bahasanya atau tetap tinggal pada kompetensi yang
relatif sederhana, anak belajar untuk meluaskan kalimat.
Adapun aliran lain yang cenderung lebih moderat, yaitu aliran
konvergensi mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor
bawaan dan pengaruh lingkungan. Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya
terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Kemampuan
berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh kapasitas kemampuan kognitif
seseorang, sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain
adalah besarnya kesempatan yang diperoleh dari lingkungannya.
Diagram di bawah ini menunjukkan kompleksitas dari terjadinya sebuah
komunikasi yang dikenal dengan Means, reasons and opportunities model
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
1.Kognisi
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat
lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan
sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan
bahasa seseorang.
2.Pola komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau
interaksinya relatif demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa
keluarganya dibanding yang menerapkan komunikasi dan interaksi
sebaliknya.
3.Jumlah anak atau jumlah keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga,
perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang
bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan
tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
4.Posisi urutan kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih
cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak
tengah memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya
memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5.Kedwibahasaan (Bilingualisme)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari
satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang
yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan
bahasa secara bervariasi.
BAB III.
BEBERAPA ARTIKEL PENELITIAN YANG BERKAITAN DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK
Dalam penulisan ini akan ditampilkan 2 penelitian dan 1 artikel yang berhubungan dengan perkembangan bahasa:
1. Associations Between Breastfeeding Practices and Young Children’s
Language and Motor Skill Development
2. Early Word-Object Associations and Later Language Development
3. Early Childhood Language Development and Games to Stimulate It
Hasil dari penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Associations Between Breastfeeding Practices and Young
Children’s Language and Motor Skill Development
Penelitian ini dilakukan terhadap 22.399 anak dari Survei Kesehatan
Anak Nasional 2003. Penelitian ini bertujuan mempelajari hubungan antara
kegiatan menyusui dengan perkembangan bahasa dan kemampuan motorik
anak. Hasilnya didasarkan pada respon ibu terhadap pertanyaan tingkat
kekhawatiran mereka (banyak, sedikit, tidak sama sekali) terhadap
perkembangan bahasa dan kemampuan motorik anak mereka.
Usia rata-rata dari sampel adalah 2.79 tahun. Sebayak 67% berasal dari
ras non Hispanik kulit putih, 16% Hispanik dan 9% non Hispanik kulit
hitam. Berdasarkan hasil analisis Multivariat diketahui bahwa ibu yang
menyusui lebih sedikit tingkat kekhawatirannya terhadap perkembangan
bahasa dan kemapuan motorik anaknya daripada ibu yang tidak pernah
menyusui.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman pada adanya hubungan antara kegiatan menyusui dengan
perkembangan bahasa dan kemampuan motorik anak.
Penelitian menunjukkan anak-anak yang tidak diberi ASI akan memiliki
peningkatan risiko mengalami penyakit saluran pernapasan otitis media,
diare, necrotizing enterocolitis, dernutrition, dan kelebihan berat
badan, sedangkan resiko kesehatan bagi ibu yang tidak menyusui adalah
peningkatan risiko kehilangan darah pasca-melahirkan, premenopause,
kanker payudara, dan kanker ovarium. Mengingat pentingnya ASI ini maka
The American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian ASI
eksklusif untuk pertama 6 bulan kehidupan, diikuti oleh pengenalan
secara bertahap pelengkap makanan bayi, dengan tetap melanjutkan
pemberian ASI untuk setidaknya tahun pertama kehidupan.
Ada empat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat
kekhawatiran/keprihatinan orang tua (banyak, sedikit atau tidak sama
sekali) terhadap perkembangan bahasa dan kemampuan motorik anak.
Perkembangan bahasa yang dilihat adalah bahasa ekspresif (aktif), bahasa
reseptif (pasif), sedangkan untuk perkembangan motorik yang dilihat
adalah motorik halus dan motorik kasar. Namun yang akan dibahas adalah
perkembangan bahasa saja.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah seberapa besar kekhawatiran
anda (banyak, sedikit, tidak sama sekali) terhadap cara anak anda:
1. Berbicara atau membuat bunyi-bunyi ujaran? (bahasa ekspresif)
2. Mengerti apa yang anda katakan? (bahasa reseptif)
3. Menggunakan jari-jarinya untuk melakukan sesuatu? (motorik halus)
4. Menggunakan tangan dan kakinya? (motorik kasar)
Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan menyusui dapat melindungi anak
dari keterlambatan dalam kemampuan berbahasa dan motorik anak.
Kekhawatiran yang lebih sedikit ditemukan pada anak-anak yang menyusu
lebih dari 3 bulan dan secara umum, kekhawatiran ini akan menurun lagi
jika kegiatan menyusu berlanjut hingga 9 bulan atau lebih.
Dalam penelitian ini ditemukan bukti adanya hubungan yang signifikan
antara inisiasi menyusui dan berkurangnya tingkat kekhawatiran ibu
terhadap perkembangan bahasa dan kemampuan motorik anaknya. Jika
dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui, maka ibu yang menyusui 22%
lebih rendah rasa kekhawatirannya terhadap perkembangan bahasa ekspresif
anaknya dan 30% lebih rendah kekhatirannya terhadap perkembangan bahasa
reseptif.
Sehubungan dengan perkembangan bahasa ini, pada usia 2 bulan, bayi
memang sudah membedakan suara satu dengan lainnya, serta memberi respon
dengan tersenyum atau tertawa. Sampai usia 6 bulan bayi sudah bisa
mengeluarkan ocehan atau lontaran suara. Di usia 8 bulan, ia sudah
mengerti beberapa suara dan kata. Hal ini sangat berguna untuk membantu
perkembangan pemahamannya. Ia pun mulai bisa berteriak untuk mencari
perhatian, berespon kala namanya dipanggil, dan tertarik saat ada orang
berbicara meski tak langsung tertuju pada dirinya. Oleh karena itu untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi buah hati Anda, berikan banyak
rangsangan pada semua panca indera bayi, terutama agar ia melihat
ekspresi orangtua ketika berbicara dengannya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa: (a) kegiatan menyusui dapat melindungi anak dari
keterlambatan bahasa dan kemampuan motorik, (b) adanya hubungan yang
signifikan antara kegiatan menyusui dan berkurangnya tingkat
kekhawatiran ibu terhadap perkembangan bahasa dan kemampuan motorik
anaknya. Beberapa analisa sederhana yang dapat menjelaskan hasil dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Seperti diketahui, pemrosesan bahasa pada otak manusia terdapat pada
lobus temporal dan secara umum bicara dan tata bahasa ditangani oleh
hemisfer kiri dari otak manusia. Dari uruaian ini jelas bahwa
“kesehatan” otak sangat berpengaruh pada perkembangan anak termasuk juga
perkembangan bahasanya.
(2) Pertumbuhan otak yang baik juga ditentukan oleh pemberian ASI.
Menurut penelitian, anak yang diberikan ASI, tingkat IQ-nya berbeda 12,9
poin di atas anak yang tidak diberi ASI pada anak usia 9,5 tahun.
Perkembangan kognitif anak, daya ingat dan kemampuan bahasa pada anak
yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu
formula. Hal ini jelas bahwa pemberian ASI melalui kegiatan menyusui
dapat melindungi anak dari keterlambatan bahasa.
(3) Seperti disebutkan sebelumnya, teori konvergensi mengajukan
pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan (nature) dan
pengaruh lingkungan (nurture). Faktor bawaan (nature) yang merupakan
sebuah potensi harus pula didukung oleh adanya stimulasi (nurture) dari
lingkungan dimana anak berada. Dengan kegiatan menyusui, banyak sekali
interaksi yang terjadi antara ibu dan anaknya. Ibu dapat berkomunikasi
dengan anaknya melalui kata-kata, nyanyian, cerita, pujian, mimik wajah
dan do’a-do’a yang kesemuanya itu akan memperkaya tabungan bahasanya.
(4) Penelitian menunjukkan bahwa janin mampu membentuk kenangan selama
di dalam rahim terutama terhadap suara-suara yang familier seperti suara
ibunya. Kegiatan menyusui tentu akan menghidupkan “kenangan masa
lalunya” di dalam rahim sehingga mempermudah proses perkembangan bahasa
yang berlangsung.
(5) Selain itu, ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan
merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan
mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam
rahim. Penelitian menunjukkan bahwa janin mampu membentuk kenangan
selama di dalam rahim terutama terhadap suara-suara yang familier
seperti suara ibunya. Dalam kondisi yang seperti ini, tentu kita tidak
akan menyangkal bahwa perkembangan anak akan berlangsung secara optimal.
2. Early Word-Object Associations and Later Language
Development
Pemahaman dan keterampilan berbahasa pada anak-anak di bawah usia dua
tahun sangat bervariasi pada setiap individu (Fenson et al., 1994).
Sebagian anak sudah daapat merangkai kata menjadi frase, sementara yang
lainnya baru dapat mengeluarkan beberapa kata-kata tunggal. Variasi ini
menjadi sebuah tantangan untuk mengidentifikasi apakah kemampuan hal
tersebut merupakan keterlambatan saja atau karena adanya gangguan
(Rescorla, 1989). Identifikasi awal ini penting dilakukan untuk melihat
apakah anak yang menerima intervensi akan memaksimalkan potensi mereka
(Aram & Hall, 1989; Bernhardt & Mayor, 2005; Magnusson &
Naucler, 1998).
Penelitian ini adalah sebuah penyelidikan eksplorasi hubungan antara
kemampuan balita dalam mengasosiasi kata dan objek dan kemampuan
berbahasa mereka di kemudian hari. Ini merupakan langkah pertama dalam
menentukan apakah tugas seperti itu mungkin dapat memberikan kontribusi
dalam penyaringan bahasa pada balita sehingga dapat melihat kemungkinan
keterlambatan atau gangguan berbahasa. Dalam penelitian ini disajikan
hasil studi longitudinal dimana balita diberi tugas untuk
mengasosiasikan kata dan objek berdasarkan waktu (Stager & Werker,
1997) dan hubungannya dengan ketrampilan berbahasa anak di kemudian
hari. Kemampuan mengasosiasi kata dan objek pada usia 17 atau 20 bulan
secara signifikan berhubungan dengan skor pada tes standar bahasa sampai
dua setengah tahun kemudian.
Para peserta untuk studi saat ini telah ambil bagian dalam studi
prosedur Switch (Werker et al, 2002) pada usia 17 tahun atau 20 bulan.
Mereka semua lahir normal dalam usia 37 minggu kehamilan dan memiliki
kesehatan yang baik pada tes awal dan tes lanjutan.
Sebanyak 32 anak yang berpartisipasi dalam studi Switch-Task diundang
untuk berpartisipasi dalam dua percobaan tindak lanjut. Orang tua dari
26 anak setuju untuk mengikuti percobaan pertama (tahap satu) dan
setelah 14 bulan kemudian, orang tua dari 15 anak-anak ini setuju untuk
berpartisipasi dalam test lanjutan (tahap 2).
The Switch-Task digunakan untuk menguji asosiasi kata-obyek pada bayi
8-20 bulan (Werker et al., 1998). Dalam prosedur ini, bayi terbiasa
dengan satu atau lebih pasangan antara benda-benda yang bergerak pada
layar dan kata-kata yang disajikan lebih dari seorang pembicara.
Kemampuan melakukan asosiasi kata dan obyek diukur dengan Switch-Task
yang berhubungan secara signifikan dengan kemampuan berbahasa anak 1
atau 2 tahun kemudian baik pengucapan maupun tata bahasanya.
Dalam penelitian ini terlihat korelasi yang signifikan dari kekuatan
melakukan asosiasi pasangan kata dan obyek dengan nilai standar dari
test bahasa pada test tahap kedua sampai 2 atau 2.5 tahun ke depan.
Pengenalan kata pada usia 25 bulan dapat memprediksi pertumbuhan dari
produksi (pengucapan) kosa kata terutama pada tahun kedua kehidupannya.
Analisa yang dapat disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian ini
adalah bahwa untuk memperoleh informasi, cara terbaik adalah
melakukannya secara sinkron dengan mata dan telinga (audio-visual). Dan
yang penting diperhatikan dalam belajar bahasa bayi adalah adanya suara
latar. Meskipun sumber suara tidak terlihat tetapi cukup mengganggu
proses belajar dan kemampuan bayi menangkap informasi.
Dalam sebuah penelitian juga telah dibuktikan dengan perlakuan kepada
bayi yang didengarkan dua video sekaligus, di sebelah kiri dan kanan.
Yang menjadi bahan pengamatan para peneliti adalah lama rentang
perhatian bayi kepada dua sumber suara yang disampaikan tayangan video
tersebut. Hasilnya, para bayi memusatkan perhatian rata-rata 2 detik
lebih lama pada tayangan video yang memperdengarkan kata yang sinkron
dengan gambar , kemudian dibandingkan dengan bayi yang diputarkan video
dengan kata-kata yang tidak sinkron dan tidak relevan. Pada bayi yang
diputarkan video dengan kata-kata yang tidak sinkron, hasilnya para bayi
bahkan tak dapat menangkap satupun kata baru.
Sehubungan dengan “looking time” ini, hasil penelitian menunjukkan
“looking time” yang lebih lama pada “switch trial” (kombinasi
kata-object yang baru) daripada “same trial” (kombinasi kata-obyek yang
familier). Jadi anak-anak memang lebih mudah untuk mengingat sesuatu
yang pernah ia lihat atau ia dengar sebelumnya.
Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam
bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non
verbal yaitu dengan tulisan, bacaan,tanda, symbol atau bahasa isyarat.
Berbahasa itu sendiri merupakan proses kompleks yang tidak terjadi
begitu saja. Manusia berkomunikasi lewat bahasa memerlukan proses yang
berkembang dalam tahap-tahap usianya. Sehubungan dengan hal itu pula,
maka dapat dijelaskan bahwa anak akan lebih mudah memahami sesuatu yang
diperkenalkan melalui persepsi intermodal. Persepsi intermodal meliputi
penggabungan informasi dari dua atau lebih modalitas sensorik, seperti
penglihatan dan pendengaran. Dalam sebuah studinya, Spelke & Owsley
(1979) menemukan bahwa bayi berumur 3,5 bulan lebih lama menatap ibu
mereka jika mereka juga mendengar suara ibu mereka.
Kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa The Switch-Task pada bayi
berhubungan secara signifikan dengan kemampuan bahasa anak saat usia
prasekolah baik dalam pengucapan maupun tata bahasanya. Seperti
disebutkan dalam tujuan penelitian ini, Switch-Task ini juga berguna
untuk mengidentifikasi awal keterlambatan berbahasa.
Sehubungan dengan keterlambatan ini, ada beberapa tahap bicara yang
dapat dijadikan parameter. Seperti telah dijelaskan bahwa semakin dini
diketahui adanya gangguan perkembangan, semakin cepat dapat dilakukan
intervensi berupa stimulasi. Orangtua harus mulai waspada bila :
• Pada usia 6 bulan, bayi tidak melirik atau menoleh pada sumber suara
yang datang dari belakang atau sampingnya
• Pada usia 10 bulan, bayi tidak merespons bila dipanggil namanya
• Pada usia 15 bulan, anak tidak mengerti atau merespons terhadap kata “tidak” atau “jangan”
• Pada usia 21 bulan, anak tidak merespons terhadap perintah : duduk
kesini, atau berdiri
• Pada usia 24 bulan, anak tidak dapat menunjuk dan menyebutkan bagian tubuh seperti mulut, hidung, mata atau kuping
3. Early Childhood Language Development and Games to
Stimulate It
Anak-anak belajar bahasa dengan cara berinteraksi dengan dunia di
sekitar mereka. Siapa pun yang menyaksikan seorang anak menjadi
komunikator yang terampil akan setuju bahwa ini adalah proses
perkembangan bahasa merupakan sebuah proses yang indah. Dalam hidupnya,
seorang anak siap untuk belajar bahasa sebagai antara 0 dan 3 tahun.
Menurut Elaine Weitzman dan Janice Greenberg dalam buku mereka Belajar
Bahasa dan Loving It (The Hanen Centre, 2002) para peneliti telah
menetapkan bahwa tiga tahun pertama kehidupan adalah “periode kritis”
bagi perkembangan bahasa. Ini berarti bahwa anak-anak dalam kelompok
usia ini secara optimal siap untuk belajar bagaimana untuk
berkomunikasi. Mereka secara alami tertarik dalam berkomunikasi dan
belajar adalah proses yang terjadi secara spontan.
Karakteristik Bahasa Toddler
Agar orang tua dapat menjadi partner komunikasi yang baik, penting untuk
memahami bagaimana mereka memahami bahasa yang digunakannya. Dalam
belajar bagaimana berkomunikasi, balita menempel beberapa aturan dasar:
• Mereka harus memahami kata-kata sebelum mereka dapat menggunakannya.
• Mereka perlu mendengar kata yang diulang ratusan kali sebelum mereka akan mengatakan itu.
• Mereka akan menggunakan kata-kata sehari-hari sebelum mereka menggunakan kata-kata yang lebih sulit.
• Mereka menyederhanakan pengucapan kata-kata (dog do dan bottle botie).
• Mereka suka menggunakan struktur suku kata sederhana seperti “baa” untuk “domba”.
• Mereka memiliki kosakata yang sederhana yang terdiri dari: nama-nama
benda-benda di lingkungan mereka (seperti “mama”), kata-kata tindakan
(seperti “naik”), kata-kata sosial (seperti “halo”) dan deskripsi
kata-kata (seperti “besar”).
• Mereka menggunakan satu kata untuk banyak tujuan yang berbeda,
misalnya “mama” bisa berarti “aku mau jus” atau “aku mau boneka”.
Perkembangan Bahasa pada Balita
Antara umur 1 dan 3 tahun balita kemajuan melalui tiga tingkat
perkembangan komunikasi. Rentang usia hanya sebagai pedoman karena ada
anak-anak yang dapat menguasai keterampilan ini lebih awal atau justru
lebih lambat.
Pada 12 sampai 18 bulan anak-anak mulai:
• Menggunakan kata-kata tunggal pertama mereka (10-20 kata).
• Menggunakan satu kata untuk menjelaskan banyak hal.
• Meniru kata-kata dan suara binatang.
• Memberi nama pada gambar dalam sebuah buku cerita.
Selama 18 sampai 24 bulan, balita mulai menaruh kata-kata bersama-sama dalam kalimat. Mereka biasanya:
• Mulai menggunakan dua kata dalam sebuah kalimat secara teratur.
• Perbendaharaan kosakata berkembang pesat.
• Mengajukan banyak pertanyaan.
• Menceritakan apa yang mereka alami.
Pada 24 – 36 bulan balita menggunakan kalimat yang panjang, antara lain:
• Meletakkan tiga, empat dan lima kata bersama-sama dalam kalimat.
• Menggunakan lebih banyak bahasa yang benar.
• Mulailah menggunakan kata tanya “mengapa” .
• Mulai bercerita.
Permainan Bahasa untuk Balita 12-18 Bulan
Blowing Bubbles adalah permainan interaksi klasik. Kontak mata secara
alami pada saat anak mencermati adanya gelembung-gelembung yang datang
berrikutnya. Kosakata yang digunakan selama permainan ini sangat ideal
untuk anak yang baru mulai belajar bicara seperti: lebih, banyak,
gelembung, tiup, tangkap, semua pergi dan bagus.
Permainan Bahasa untuk Balita 18-24 Bulan
Berbagi Buku adalah penting selama tahap ini. Meskipun anak-anak yang
lebih muda dapat menikmati buku-buku juga, namun pada tahap ini cerita
sederhana lebih memikat perhatian seorang pembicara pemula. Pastikan
untuk melakukan kontak mata dengan anak dan berbagi buku dengan menunjuk
ke gambar dan kata-kata. Kosakata akan tergantung pada cerita jadi
pastikan bahwa buku ini sesuai untuk tingkat seusianya.
Permainan Bahasa untuk Balita 24-36 Bulan
Mengadakan permainan “pesta teh” merupakan interaksi yang menyenangkan
bagi anak laki-laki maupun perempuan. Permainan ini kaya dengan
kesempatan untuk berlatih keterampilan sosial seperti mengucap salam dan
berkata silakan atau terima kasih. Permainan akan lebih menyenangkan
jika dilakukan bersama-sama dan saling meminta makanan atau minuman
seperti susu, gula dan kue.
BAB. IV
P E N U T U P
Dalam bab penutup ini akan disampaikan keterkaitan antara ketiga
artikel yang telah ditampilkan sebelumnya yaitu tentang kegiatan
menyusui dan kegiatan switch-task dalam hubungannya dengan perkembangan
bahasa anak dan juga kegiatan permainan yang sesuai untuk perkembangan
bahasa.
Perkembangan bahasa adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap dan
orang tua dapat membantu anak-anaknya dengan berinteraksi dengan mereka
pada tingkat yang sesuai dengan tahap perkembangannya dan dengan
hal-hal yang menarik perhatian anak-anak.
Pemberian ASI melalui kegiatan menyusui menjadi hal yang sangat penting
bagi perkembangan bahasa anak. Selain mendapat asupan gizi yang
bermanfaat untuk perkembangan otaknya, dengan kegiatan menyusui ini,
akan terjalin bonding yang kuat antara ibu-anak dan hal ini akan sangat
membantu proses perkembangan anak termasuk perkembangan bahasanya.
Dalam hubungannya dengan artikel penelitian yang kedua, kegiatan switch
task yang dilakukan juga berkaitan dengan persepsi intermodal dimana
terjadi penggabungan moda audio (pendengaran) dan visual (penglihatan).
Kegiatan ini, jika dikaitkan dengan penelitian pertama jelas bahwa
penggabungan intermodal ini akan membuat proses perkembangan bahasa anak
menjadi lebih optimal seperti ketika anak dalam janin merekam kenangan
terhadap suara ibunya dan akan mempermudah anak untuk belajar bahasa
melalui bahasa ibunya yang telah ia “kenal” sebelum ia lahir ke dunia.
Kegiatan menyusui merupakan kegiatan intim antara ibu dan anak, dimana
di dalamnya terdapat begitu banyak pendidikan. Suara ibu yang
didengarnya melalui cerita, ungkapan, nyanyian dan do’a akan di-match
dengan memori rekaman suara ibunya saat ia masih di dalam rahim. Melalui
eksperimen yang mengukur perilaku menghisap, peneliti menemukan bahwa
bayi yang baru lahir lebih menyukai rekaman suara ibunya dibandingkan
dengan suara wanita lain yang tidak dikenal (Flohr, 2001; Mehler, 1988;
Spencer & DeCasper, 1987).
Selanjutnya, hal yang juga tidak kalah penting untuk dilakukan adalah
terus menstimuli anak dengan kegiatan-kegiatan yang menunjang.
Kegiatan-kegiatan ini merupakan kegiatan permainan yang memfasilitasi
perkembangan bahasa anak sampai usia 3 tahun yang ditampilkan dalam
artikel ketiga.
Piaget dan Vigotsky (1962) sepakat bahwa permainan adalah aktivitas yang
dapat mendorong perkembangan kognitif anak. Permainan juga penting bagi
kesehatan anak. Permainan dapat mengendurkan ketegangan, mempercepat
perkembangan kognitif dan meningkatkan eksplorasi. Permainan juga
meningkatkan afiliasi dengan sebaya, meningkatkan kemungkinan anak
saling berinteraksi dan berbincang-bincang atau berkomunikasi. Selama
interaksi ini, anak-anak mempraktekkan peran yang akan mereka emban
kelak dalam kehidupan.
Tampak dengan jelas dalam artikel ini betapa permainan-permainan yang
dilakukan akan sangat membantu perkembangan bahasa anak-anak, baik dalam
hal penambahan kosa kata ataupun cara anak-anak berkomunikasi dengan
orang lain dan juga memahami apa yang disampaikan oleh orang lain. Hal
ini sesuai dengan pandangan Hurlock (1978), bahwa dalam bermain
anak-anak harus belajar untuk dapat berkomunikasi dengan teman-temannya
dan sebaliknya iapun harus belajar untuk dapat memahami apa yang
disampaikan oleh orang lain, sehingga dapat dikatakan dalam kegiatan
bermain ini terjadi proses perkembangan bahasa pada anak sesuai dengan
tahapannya.
Kesimpulannya adalah bahwa perkembangan bahasa anak adalah sesuatu yang
telah dimulai sejak anak masih dalam kandungan dan dengan pemberian ASI
dan stimulasi positif, maka kemampuan bahasa anak akan berkembang secara
optimal dan sesuai dengan tahap perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R.L. & Atkinson, R.C. Pengantar Psikologi (Terjemahan). Jakarta : Erlangga, 1983
Hurlock, E.B. Child Development (Sixth Edition). New York : McGraw-Hill, 1978
Kartono, K. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : Mandar Maju, 2007
Lerner, R.M & Hultsch, D.F. Human Development (A Life-Span Perspective). New York : McGraw-Hill, 1983
Moshman, D., Glover, J.A. & Bruning, R.H. Developmental Psychology. Canada : Little, Brown & Company, 1987.
Santrock, J.W. Child Development (Twelfth Edition). New York : McGraw-Hill, 2009
Santrock, J.W. Perkembangan Anak (Terjemahan). Jakarta : Erlangga, 2007
http://valmband.multiply.com/journal/item/18/Perkembangan_Bahasa
http://speechclinic.wordpress.com/2009/04/25/baby-sign-atau-bahasa-isyarat-pada-bayi-apakah-itu/
http://www.sejenak-kemudian.co.cc/2008/11/perkembangan-bahasa-anak.html
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/m-genetics/1944697-tangis-bayi-tiru-bahasa-ibu/
http://202.146.5.33/ver1/Kesehatan/0710/01/140632.htm
http://sasino.info/2009/12/perkembangan-bicara-pada-anak/
http://www.childdevelopmentinfo.com/development/language_development.shtml
http://202.146.5.33/ver1/Kesehatan/0710/01/140632.html
http://februar.multiply.com/reviews/item/5
http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research_citation/0/9/4/3/0/p94304_index.html
http://rumahsehat.com/news/06112008/fase-belajar-bahasa-bayi/
http://rafikamilani.multiply.com/journal/item/7
www.adders.org/infosheet105b.gif