Powered By Blogger

Sabtu, 21 Januari 2012

Nyanyian Jiwa

Dikedalaman jiwaku terdapat sebuah lagu tanpa kata-kata, lagu yang hidup dalam relung hatiku..
Lagu yang tak mau mengalir bersama tinta diatas perkamen; yang menyelimuti kasih sayangku. Dalam jubah transparan dan mengalir
tapi tidak pada bibirku.

Bbila aku melihat ke dalam mataku,
aku menyaksikan bayangan dari bayangan,

Bila aku menyentuh ujung jemariku,
aku merasakan getarannya,
Gerakan tanganku merasakan kehadirannya
sebagaimana sebuah danau mencerminkan bintang kemintang yang gemerlapan,

air mataku mengungkapkan keberadaanya, 
Laksana titik embun yang berkilau megungkapkan rahasia mawar yang layu..

Minggu, 08 Januari 2012

ASAL USUL JOMBANG


ASAL USUL JOMBANG


JOMBANG termasuk kabupaten yang masih muda usia. Setelah memisahkan diri dari Kabupaten Mojokerto yang berada di bawah pemerintahan Bupati Raden Adipati Ario Kromodjojo, yang ditandai dengan tampilnya pejabat yang pertama mulai tahun 1910 sampai dengan tahun 1930, yaitu Raden Adipati Ario Soerjo Adiningrat.
Sebelumnya, Kabupaten Jombang merupakan salah satu wilayah Kabupaten Mojokerto, tau lebih jauh lagi juga merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit.
Menurut sejarah lama, konon dalam cerita rakyat mengatakan bahwa salah satu desa yaitu Desa Tunggorono, merupakan gapura keraton Majapahit bagian barat, sedang letak gapura sebelah selatan di Desa Ngrimbi, dimana sampai sekarang masih berdiri candinya. Cerita rakyat ini dikuatkan dengan banyaknya nama-nama desa dengan awalan "Mojo" (Mojoagung, Mojotrisno, Mojolegi, Mojowangi, Mojowarno, Mojojejer, Mojodanu dan masih banyak lagi).
Salah satu peninggalan sejarah di Kabupaten Jombang, Candi Ngrimbi, Desa Pulosari Bareng.
Bahkan di dalam lambang daerah Jombang sendiri dilukiskan sebuah gerbang, yang dimaksudkan sebagai gerbang Mojopahit dimana Jombang termasuk wewenangnya. Suatu catatan yang pernah diungkapkan dalam majalah Intisari bulan Mei 1975 halaman 72, dituliskan laporan Bupati Mojokerto Raden Adipati Ario Kromodjojo kepada residen Jombang tanggal 25 Januari 1898 tentang keadaan Trowulan (salah satu onderdistrict afdeeling Jombang) pada tahun 1880.
Sehingga kegiatan pemerintahan di Jombang sebenarnya bukan dimulai sejak berdirinya (tersendiri) Kabupaten Jombang kira-kira 1910, melainkan sebelum tahun 1880 dimana Trowulan pada saat itu sudah menjadi onderdistrict afdeeling Jombang, walaupun saat itu masih terjalin menjadi satu kabupaten dengan Mojokerto.
Fakta yang lebih menguatkan bahwa sistem pemerintahan Kabupaten Jombang telah terkelola dengan baik adalah saat itu telah ditempatkan seorang Asisten Resident dari Pemerintahan Belanda yang kemungkinan wilayah Kabupaten Mojokerto dan Jombang suatu saat menjadi bagian yang terpisahkan.
Lebih-lebih bila ditinjau dari berdirinya Gereja Kristen Mojowarno sekitar tahun 1893 yang bersamaan dengan berdirinya Masjid Agung di Kota Jombang, juga tempat peribadatan Tridharma bagi pemeluk Agama Kong Hu Chu di Kecamatan Gudo sekitar tahun 1700.
Konon disebutkan dalam cerita rakyat tentang hubungan Bupati Jombang dengan Bupati Sedayu dalam soal ilmu yang berkaitan dengan pembuatan Masjid Agung di Kota Jombang dan berbagai hal lain, semuanya merupakan petunjuk yang mendasari eksistensi awal-awal suatu tata pemerintahan di Kabupaten Jombang.

Minggu, 01 Januari 2012

Perkembangan Bahasa pada Anak

Perkembangan Bahasa pada Anak


BAB. I.
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak adalah interesting subject matter yang selalu menarik untuk menjadi bahan pembicaraan, karena anak-anak adalah makhluk yang unik dan sangat ‘hidup’. Setiap detik kehidupan yang dilaluinya akan memberikan warna bagi keseluruhan hidup di masa dewasanya kelak. Siapapun kita, pasti telah melalui masa kanak-kanak, masa yang sedikit banyak telah mempengaruhi kita sehingga menjadi seperti sekarang ini.
Perjalanan seorang anak manusia dimulai ketika sel sperma berjuang mendapatkan cintanya setelah bersaing dengan jutaan sperma lainnya. Sel sperma dan sel telur yang bersatu inilah yang akhirnya akan tumbuh dan berkembang menjadi sesosok makhluk unik yang terus dan terus mengalami proses perkembangan sejak ia masih berbentuk segumpal darah sampai ia dilahirkan dan kemudian mengakhiri tugasnya di dunia ini.
Begitu banyak tugas perkembangan yang harus dijalani sseorang anak manusia yang kesemuanya melalui periode-periode tertentu, sejak sebelum lahir (prenatal), masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dewasa dan tua.
Proses perkembangan yang begitu pesat baik dari segi kognitif, emosi, sosial maupun perkembangan bahasanya terutama terjadi pada masa kanak-kanak. Perkembangan bahasa seorang anak dimulai saat anak yang baru saja dilahirkan ke dunia menangis. Inilah tanda awal dimulainya anak berkomunikasi dengan dunia luar dengan kemampuan dasar yang dimilikinya.
Pembahasan tentang perkembangan bahasa ini menjadi suatu hal yang menarik mengingat tugas perkembangan bahasa merupakan sebuah tugas “besar” yang harus diselesaikan oleh anak-anak. Mereka harus menguasai semua peringkat bahasa tidak hanya ucapan yang tepat tetapi juga tidak terbatas cara menggabungkan kata menjadi kalimat untuk mengungkapkan gagasan. Hal yang mengagumkan adalah bahwa sebenarnya anak-anak dalam semua budaya dapat menyelesaikan hal yang begitu banyak hanya dalam waktu empat atau lima tahun.
B. TUJUAN
1. Membahas tentang proses perkembangan bahasa pada anak-anak
2. Menyajikan beberapa hasil penelitian tentang perkembangan bahasa pada anak-anak
3. Menganalisa hasil-hasil penelitian tentang perkembangan bahasa
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI BAHASA
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi, baik lisan, tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan mengkombinasikannya.
Jika bunyi-bunyian itu mempunyai artikulasi tertentu yaitu diucapkan dengan jelas dan mengandung intensi/maksud tertentu, bunyi-bunyian itu disebut sebagai bahasa. Menurut Kartini Kartono (2007), bahasa dapat dapat berfungsi sebagai:
1. alat untuk mengungkapkan fikiran dan maksud tertentu
2. alat untuk berkomunikasi dengan orang lain
3. alat untuk membuka lapangan rohaniah yang lebih tinggi tarafnya
4. alat untuk mengembangkan fungsi-fungsi tanggapan, perasaan, fantasi, intelek dan kemauan.
Sedangkan menurut Halliday (1975), bahasa mempunyai fungsi:
1. Instrumental
Anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan keinginannya (misalnya: “Aku ingin………”)
2. Regulation
Anak menggunakan bahasa untuk mengontrol orang lain (misalnya: “Lakukan itu untukku!”)
3. Interpersonal
Anak menggunakan bahasa untuk berinteraksi dengan orang lain (misalnya: “Kita ngobrol soal film, yuk..!”)
4. Personal
Anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dirinya (misalnya: “Aku jago main pemain baseball”)
5. Questioning
Anak menggunakan bahasa untuk mengetahui dunia ini dengan bertanya (misalnya: “Mengapa langit berwarna biru?”)
6. Imagination
Anak menggunakan bahasa untuk berimajinasi (misalnya: “Misalnya saja, kita menjadi adalah Mama dan Papa”)
7. Information
Anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain (misalnya: “Aku mau cerita tadi aku ngapain aja di sekolah.”)
Bahasa merupakan tanda atau simbol dari benda-benda serta menunjuk pada maksud-maksud tertentu. Kata-kata, kalimat dan bahasa selalu menampilkan arti-arti tertentu. Sehubungan dengan arti simbolik tadi, bahasa dipakai juga sebagai alat untuk mengahayati pengertian-pengertian dan peristiwa-peristiwa di masa lampau, masa kini dan masa mendatang. Oleh karena itu bahasa sangat besar artinya bagi anak sebagai alat bantu mengembangkan fungsi-fungsi rohaniahnya.
Kita perlu bahasa untuk berbicara dengan orang lain, mendengarkan orang lain, membaca dan menulis. Bahasa memampukan kita mendeskripsikan kejadian-kejadian di masa lalu dan merencanakan masa depan. Bahasa membuat kita dapat mewariskan informasi dari generasi ke generasi berikutnya dan menciptakan suatu warisan budaya yang kaya.
Anak-anak di China dapat berbahasa Cina, sama halnya dengan anak-anak di Inggris yang dapat berbahasa Inggris. Anak-anak belajar bicara dengan mencontoh atau mengikuti suara yang didengarnya. Bahasa, sama seperti kemampuan lainnya diperoleh dari proses observasi/pengamatan, imitasi/peniruan dan penguatan/penghargaan (Skinner, 1957). Kelihatannya, bahasa bukanlah suatu hal yang rumit, dan kemampuan berbahasa dalam hal ini bukanlah sebuah kemampuan yang khusus. Padahal bahasa adalah salah satu fenomena yang kompleks dan misterius yang pernah dipelajari oleh para peneliti dan merupakan sesuatu yang dapat dipelajari tanpa proses pengajaran formal sekalipun.
B. PENGERTIAN PERKEMBANGAN BAHASA
Berpikir adalah ciri yang khas yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan salah satu dari hasil proses berpikir. “Bahasa” hewan bukanlah bahasa seperti manusia yang dimiliki manusia. “Bahasa” hewan adalah bahasa instink yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan, sedangkan bahasa manusia adalah hasil dari kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Dengan bahasa, manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu yang baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Semua benda, nama sifat, pekerjaan, dan hal yang yang abstrak, diberi nama. Dengan demikian, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpannya, menjadi tanggapan-tanggapan dan pengalaman-pengalaman kemudian diolahnya (berpikir) menjadi pengertian-pengertian.
Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan tulisan, bacaan, tanda, simbol atau bahasa isyarat. Berbahasa itu sendiri merupakan proses kompleks yang tidak terjadi begitu saja. Manusia berkomunikasi lewat bahasa memerlukan proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya.
Pada usia kira-kira 1 tahun, anak mulai memberi nama benda-benda. Setelah tahu banyak tentang dunia ini, anak mungkin mempunyai konsep untuk orang tua, binatang piaraan, makanan, mainan dan anggota badan, sebelum mereka tahu namanya. Apa yang mereka lakukan pada waktu mereka mulai dapat berbicara adalah menghubungkan konsep ini pada kata-kata yang digunakan untuk orang dewasa. Hal ini tidak terjadi sekaligus. Seorang anak perempuan 3 tahun telah mempunyai konsep berbagai macam warna dan tahu bahwa kata-kata tertentu adalah nama warna tetapi tidak tahu nama yang sesuai dengan warna tertentu. Ketika ditanya tentang warna biru, dia dapat saja mengatakan “merah” (Miller dan Johnson-Laird, 1976).
Seorang psikologi perkembangan dari Illinois State University bernama Laura E. Berk (1989) setelah mempelajari dan meneliti berbagai aspek perkembangan individu, sampailah dia pada suatu kesimpulan bahwa perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan. Sungguhpun bahasa itu kompleks, namun pada umumnya perkembangan pada individu dengan kecepatan luar biasa terjadi pada awal masa kanak-kanak.
Anak datang dengan kemampuan membedakan bunyi yang bersesuaian dengan fonem yang berbeda dalam semua bahasa. Fakta luar biasa tersebut ditentukan oleh eksperimen dimana bayi dipresentasikan pasangan bunyi secara berurutan sementara mereka mengisap dot.
Berbagai peneliti psikologi perkembangan mengatakan bahwa secara umum perkembangan bahasa lebih cepat dari perkembangan aspek-aspek lainnya, meskipun kadang-kadang ditemukan juga sebagian anak yang lebih cepat perkembangan motoriknya daripada perkembangan bahasanya. Berdasarkan hasil-hasil penelitiannya maka para ahli psikologi perkembangan mendefinisikan perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya. Perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa individu yang bersangkutan.
C. TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PERKEMBANGAN BAHASA
Penelitian telah menunjukkan bahwa janin mampu membentuk kenangan di dalam rahim mengenai hal penting dalam proses pembelajaran bahasa awal. Selain itu biasanya akan terjadi perubahan detak jantung saat bayi mendengar suara yang sering didengarnya (familier). Kenangan tersebut mungkin terjadi pada awal kehamilan trimester ketiga yang merupakan titik awal sistem pendengaran mulai bisa menanggapi sinyal akustik.
Pada usia 2 bulan, bayi memang sudah membedakan suara satu dengan lainnya, serta memberi respon dengan tersenyum atau tertawa. Sampai usia 6 bulan bayi sudah bisa mengeluarkan ocehan atau lontaran suara. Di usia 8 bulan, ia sudah mengerti beberapa suara dan kata. Hal ini sangat berguna untuk membantu perkembangan pemahamannya. Ia pun mulai bisa berteriak untuk mencari perhatian, berespon kala namanya dipanggil, dan tertarik saat ada orang berbicara meski tak langsung tertuju pada dirinya.
Penguasaan bahasa anak akan berkembang menurut hukum alami, yaitu mengikuti bakat, kodrat dan ritme perkembangan yang alami. Namun perkembangan tadi sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau oleh stimuli ekstern (lingkungan). Disamping itu bahasa anak berpadu erat dengan alam penghayatannya terutama sekali dengan emosi/perasaannya. Hal ini jelas terungkapkan dalam lagu, irama dan suara anak sewaktu ia mengucapkan kata-kata dan kalimat.
Hasil pelbagai penyelidikan menunjukkan bahwa perkembangan bahasa anak yang sesuai dengan norma tata bahasa belum bisa selesai pada usia 12-18 bulan. Oleh karena itu anak harus banyak belajar bicara baik dengan menggunakan bahasa yang halus.
Sambil bercakap-cakap anak melatih fungsi bicaranya. Sekaligus juga melatih diri kepribadiannya karena didorong oleh hasrat yang kuat untuk berkomunikasi dengan manusia lain (untuk berdialog dan mencari Aku yang lain dan untuk memhami dunia sekitar). Dalam proses belajar menguasai bahasa, terdapat periode stagnasi di mana anak dihadapkan pada banyak kesulitan dalam penguasaan bahasanya dan kemajuan anak berlangsung sangat lambat sekali. Periode stagnasi sedemikian ini lalu diselingi dengan periode perkembangan yang sangat cepat.
Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan bicara pada anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu:
1. Tahap eksternal, yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang memberikan pengarahan, informasi dan melakukan suatu tanggung jawab dengan anak.
2. Tahap egosentris, yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa.
3. Tahap Internal, yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya.
Sedangkan, Clara dan William Stern membagi perkembangan bahasa anak dalam 4 tahapan yaitu:
1. Prastadium
Pada tahun pertama: meraba, kemudian menirukan bunyi-bunyi. Mula-mula menguasai huruf hidup kemudia huruf mati, terutama huruf-huruf bibir. Lalu berlangsung proses reduplikasi atau pengulangan suku kata seperti ;l ma-ma, pa-pa, mam-mam, dll
2. Masa Pertama (12-18 bulan)
Merupakan stadium kalimat-satu kata. Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan atau satu keinginan. Umpama kata ‘mama’ dimaksudkan untuk: “Mama, saya minta makan”.
3. Masa Kedua (18-24 bulan)
Merupakan stadium-nama. Pada saat ini timbul kesadaran bahwa setiap benda mempunyai nama. Jadi ada kesadaran tentang bahsa. Anak mengalami peristiwa “lapar-kata” yaitu mau menghafal secara terus menerus kata-kta baru dan ingin memahami atinya. Perbendaharaan kata anak jadi semakin bertambah dengan cepatnya dan anak akan selalu merasa “haus tanya” dengan jalan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya.
4. Masa Ketiga (24-30 bulan)
Merupakan stadium-flexi. Lambat laun anak mulai menggunakan kata kerja dengan menambahkan awalan, akhiran dan sisipan. Bentuk kalimat-kalimat masih tunggal, kemudian anak mulai menggunakan kata seru , kalimat tanya dan penjelasan. Lalu bisa merangkaikan kalimat-kalimat pendek.
5. Masa Keempat (30 bulan ke atas)
Merupakan stadium anak kalimat. Pertanyaan anak kini sudah menyangkut hubungan waktu (kapan) dan sebab musabab (mengapa).
Berbicara adalah bagian terbesar dari bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Namun bahasa lebih dari sekedar bicara. Bahasa terdiri dari elemen-elemen komunikasi seperti bahasa tubuh, gerak gerik dan kontak mata. Seorang anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Perkembangan bahasa dan bicara pada anak menurut aturan yang normal adalah sebagai berikut:
Sebagai bahan perbandingan, ada pula yang membuat diagram perkembangan bahasa menurut usia anak sebagai berikut:
Umur Anak Ciri atau Tipe Perkembangan Bahasa
6 Bulan • Vokalisasi dengan intonasi
• Merespon namanya
• Menanggapi suara manusia tanpa petunjuk visual dengan memutar kepala dan mata
• Menanggapi secara tepat intonasi ramah atau marah
12 Bulan • Menggunakan satu atau lebih kata dengan makna
• Memahami petunjuk sederhana, terutama jika vokal atau isyarat fisik diberikan
• Praktik infleksi
• Menyadari nilai sosial dari ucapan
18 Bulan • Memiliki kosakata sekitar 5-20 kata
• Kosakata terutama terdiri dari kata benda
• Beberapa echolalia (mengulang kata atau frase berulang-ulang)
• Banyak jargon dengan konten emosional
• Mampu mengikuti perintah sederhana
24 Bulan • Dapat menamai sejumlah objek umum bagi lingkungannya
• Dapat menggunakan setidaknya dua preposisi, biasanya dipilih dari berikut ini: di, pada, di bawah
• Menggabungkan kata-kata menjadi kalimat pendek-terutama kombinasi kata benda-kata kerja
• Sekitar 2 / 3 dari apa yang dikatakan anak dapat dipahami
• Memiliki kosakata sekitar 150-300 kata
• Irama dan kefasihan sering buruk
• Volume dan nada suara belum terkontrol dengan baik
• Dapat menggunakan dua kata ganti dengan benar
• Saya (sebagai subyek) dan saya (sebagai obyek) mulai muncul
• Dapat merespon perintah seperti “tunjukkan matamu”
36 Bulan • Dapat menggunakan kata ganti aku dan kau
• Dapat menggunakan beberapa kata jamak
• Tahu setidaknya tiga preposisi, biasanya di, pada, di bawah
• Tahu bagian tubuh
• Memahami kalimat tiga kata dengan mudah
• Memahami sekitar 900-1000 kata
• Sekitar 90% kata-katanya dapat dipahami
• Verba mulai mendominasi
• Mengerti pertanyaan paling sederhana yang berhubungan dengan lingkungan dan kegiatan
• Menghubungkan antara pengalaman-pengalamannya
• Mampu memberikan alasan dari pertanyaan-pertanyaan seperti “apa yang harus dilakukan ketika kamu mengantuk, lapar, dingin, atau haus?”
• Harus mampu menjelaskan jenis kelamin, nama, usianya
• Walaupun anak mengerti maksudnya, namun belum tentu ia dapat menjawab semua pertanyaan.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
BAHASA

Menurut pandangan yang nativistik atau organismis maka struktur bahasa telah ditentukan secara biologis. Tokoh yang penting dari pandangan ini adalah ahli linguistic : Noam Chomsky. Chomsky mengatakan bahwa anak lahir ke dunia dengan Language Acquisition Device (LAD) yaitu sifat biologis yang membuat anak dapat mendeteksi bentuk dan aturan tata bahasa termasuk phonology, syntax dan semantics.
Chomsky membuat suatu model untuk menunjukkan bagaimana anak belajar tata bahasa. Model Chomsky dikenal sebagai LAD. Sistem LAD Chomsky menunjukkan bagaimana anak belajar tatabahasa. Sebelum tatabahasa terbentuk pada anak-anak, anak mendapat input dari data bahasa dari lingkungannya. Kemudian LAD menjabarkan aturan tatabahasa dari data input ini. Hal ini dapat dilakukan oleh LAD karena LAD mempunyai struktur internal yang dapat menjabarkan struktur yang sama dari semua bahasa, dan yang juga ada dalam tatabahasa yang masuk tadi. Dengan kata lain, sistem LAD mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk dapat mengadakan penjabaran atau ekstrasi dari semua bahasa.
Penelitian Neurofisiologis menunjukkan bahwa belajar bicara dan perkembangan Struktur neural yang spesifik yang berhubungan dengan bahasa mempunyai lokalosasi terutama pada hermisfer otak bagian kiri dan keduanya berhubungan erat satu sama lain. Bila terjadi kerusakan hermisfer bagian ini pada tahap awal, maka hermisfer kanan masih bisa mengambil alih fungsi ini.
Bayi yang baru lahir beberapa hari akan menangis dengan intonasi yang mencerminkan bahasa yang digunakan orangtuanya. Bayi mempelajari bahasa yang sering didengarnya itu sejak usia kehamilan trimester ketiga. Kesimpulan yang diambil oleh peneliti dari Jerman adalah janin yang mendengarkan bahasa ibunya selama kehamilan trimester terakhir akan meletakkan dasar-dasar belajar bahasa itu sebelum bayi tersebut dilahirkan.
Sementara itu, aliran empirisme atau behaviorisme justru berpandangan sebaliknya, yaitu bahwa kemampuan perkembangan berbahasa seseorang tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Jadi, menurut aliran ini proses belajarlah yang sangat menentukan kemampuan perkembangan bahasa seseorang. Dari perspektif ini, meskipun kemampuan bahasa orang tuanya kurang baik dan lambat tetapi jika proses stimulasi dan proses belajar dilakukan secara intensif dengan lingkungan berbahasa secara baik dan cepat, kemampuan perkembangan bahasa anak menjadi baik dan cepat.
Memang teori belajar dapat memberikan pengertian mengenai peranan interaksi antara ibu dengan anaknya yang sedang belajar bahasa, interaksi bahasa antara ibu dan anak menentukan apakah anak dapat meluaskan kompetensi bahasanya atau tetap tinggal pada kompetensi yang relatif sederhana, anak belajar untuk meluaskan kalimat.
Adapun aliran lain yang cenderung lebih moderat, yaitu aliran konvergensi mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan dan pengaruh lingkungan. Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Kemampuan berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh kapasitas kemampuan kognitif seseorang, sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain adalah besarnya kesempatan yang diperoleh dari lingkungannya.
Diagram di bawah ini menunjukkan kompleksitas dari terjadinya sebuah komunikasi yang dikenal dengan Means, reasons and opportunities model
Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
1.Kognisi
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
2.Pola komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya dibanding yang menerapkan komunikasi dan interaksi sebaliknya.
3.Jumlah anak atau jumlah keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
4.Posisi urutan kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak tengah memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5.Kedwibahasaan (Bilingualisme)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi.
BAB III.
BEBERAPA ARTIKEL PENELITIAN YANG BERKAITAN DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK

Dalam penulisan ini akan ditampilkan 2 penelitian dan 1 artikel yang berhubungan dengan perkembangan bahasa:
1. Associations Between Breastfeeding Practices and Young Children’s
Language and Motor Skill Development
2. Early Word-Object Associations and Later Language Development
3. Early Childhood Language Development and Games to Stimulate It
Hasil dari penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Associations Between Breastfeeding Practices and Young
Children’s Language and Motor Skill Development
Penelitian ini dilakukan terhadap 22.399 anak dari Survei Kesehatan Anak Nasional 2003. Penelitian ini bertujuan mempelajari hubungan antara kegiatan menyusui dengan perkembangan bahasa dan kemampuan motorik anak. Hasilnya didasarkan pada respon ibu terhadap pertanyaan tingkat kekhawatiran mereka (banyak, sedikit, tidak sama sekali) terhadap perkembangan bahasa dan kemampuan motorik anak mereka.
Usia rata-rata dari sampel adalah 2.79 tahun. Sebayak 67% berasal dari ras non Hispanik kulit putih, 16% Hispanik dan 9% non Hispanik kulit hitam. Berdasarkan hasil analisis Multivariat diketahui bahwa ibu yang menyusui lebih sedikit tingkat kekhawatirannya terhadap perkembangan bahasa dan kemapuan motorik anaknya daripada ibu yang tidak pernah menyusui.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pada adanya hubungan antara kegiatan menyusui dengan perkembangan bahasa dan kemampuan motorik anak.
Penelitian menunjukkan anak-anak yang tidak diberi ASI akan memiliki peningkatan risiko mengalami penyakit saluran pernapasan otitis media, diare, necrotizing enterocolitis, dernutrition, dan kelebihan berat badan, sedangkan resiko kesehatan bagi ibu yang tidak menyusui adalah peningkatan risiko kehilangan darah pasca-melahirkan, premenopause, kanker payudara, dan kanker ovarium. Mengingat pentingnya ASI ini maka The American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif untuk pertama 6 bulan kehidupan, diikuti oleh pengenalan secara bertahap pelengkap makanan bayi, dengan tetap melanjutkan pemberian ASI untuk setidaknya tahun pertama kehidupan.
Ada empat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat kekhawatiran/keprihatinan orang tua (banyak, sedikit atau tidak sama sekali) terhadap perkembangan bahasa dan kemampuan motorik anak. Perkembangan bahasa yang dilihat adalah bahasa ekspresif (aktif), bahasa reseptif (pasif), sedangkan untuk perkembangan motorik yang dilihat adalah motorik halus dan motorik kasar. Namun yang akan dibahas adalah perkembangan bahasa saja.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah seberapa besar kekhawatiran anda (banyak, sedikit, tidak sama sekali) terhadap cara anak anda:
1. Berbicara atau membuat bunyi-bunyi ujaran? (bahasa ekspresif)
2. Mengerti apa yang anda katakan? (bahasa reseptif)
3. Menggunakan jari-jarinya untuk melakukan sesuatu? (motorik halus)
4. Menggunakan tangan dan kakinya? (motorik kasar)
Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan menyusui dapat melindungi anak dari keterlambatan dalam kemampuan berbahasa dan motorik anak. Kekhawatiran yang lebih sedikit ditemukan pada anak-anak yang menyusu lebih dari 3 bulan dan secara umum, kekhawatiran ini akan menurun lagi jika kegiatan menyusu berlanjut hingga 9 bulan atau lebih.
Dalam penelitian ini ditemukan bukti adanya hubungan yang signifikan antara inisiasi menyusui dan berkurangnya tingkat kekhawatiran ibu terhadap perkembangan bahasa dan kemampuan motorik anaknya. Jika dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui, maka ibu yang menyusui 22% lebih rendah rasa kekhawatirannya terhadap perkembangan bahasa ekspresif anaknya dan 30% lebih rendah kekhatirannya terhadap perkembangan bahasa reseptif.
Sehubungan dengan perkembangan bahasa ini, pada usia 2 bulan, bayi memang sudah membedakan suara satu dengan lainnya, serta memberi respon dengan tersenyum atau tertawa. Sampai usia 6 bulan bayi sudah bisa mengeluarkan ocehan atau lontaran suara. Di usia 8 bulan, ia sudah mengerti beberapa suara dan kata. Hal ini sangat berguna untuk membantu perkembangan pemahamannya. Ia pun mulai bisa berteriak untuk mencari perhatian, berespon kala namanya dipanggil, dan tertarik saat ada orang berbicara meski tak langsung tertuju pada dirinya. Oleh karena itu untuk mengembangkan kemampuan komunikasi buah hati Anda, berikan banyak rangsangan pada semua panca indera bayi, terutama agar ia melihat ekspresi orangtua ketika berbicara dengannya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (a) kegiatan menyusui dapat melindungi anak dari keterlambatan bahasa dan kemampuan motorik, (b) adanya hubungan yang signifikan antara kegiatan menyusui dan berkurangnya tingkat kekhawatiran ibu terhadap perkembangan bahasa dan kemampuan motorik anaknya. Beberapa analisa sederhana yang dapat menjelaskan hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Seperti diketahui, pemrosesan bahasa pada otak manusia terdapat pada lobus temporal dan secara umum bicara dan tata bahasa ditangani oleh hemisfer kiri dari otak manusia. Dari uruaian ini jelas bahwa “kesehatan” otak sangat berpengaruh pada perkembangan anak termasuk juga perkembangan bahasanya.
(2) Pertumbuhan otak yang baik juga ditentukan oleh pemberian ASI. Menurut penelitian, anak yang diberikan ASI, tingkat IQ-nya berbeda 12,9 poin di atas anak yang tidak diberi ASI pada anak usia 9,5 tahun. Perkembangan kognitif anak, daya ingat dan kemampuan bahasa pada anak yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. Hal ini jelas bahwa pemberian ASI melalui kegiatan menyusui dapat melindungi anak dari keterlambatan bahasa.
(3) Seperti disebutkan sebelumnya, teori konvergensi mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi dari faktor bawaan (nature) dan pengaruh lingkungan (nurture). Faktor bawaan (nature) yang merupakan sebuah potensi harus pula didukung oleh adanya stimulasi (nurture) dari lingkungan dimana anak berada. Dengan kegiatan menyusui, banyak sekali interaksi yang terjadi antara ibu dan anaknya. Ibu dapat berkomunikasi dengan anaknya melalui kata-kata, nyanyian, cerita, pujian, mimik wajah dan do’a-do’a yang kesemuanya itu akan memperkaya tabungan bahasanya.
(4) Penelitian menunjukkan bahwa janin mampu membentuk kenangan selama di dalam rahim terutama terhadap suara-suara yang familier seperti suara ibunya. Kegiatan menyusui tentu akan menghidupkan “kenangan masa lalunya” di dalam rahim sehingga mempermudah proses perkembangan bahasa yang berlangsung.
(5) Selain itu, ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. Penelitian menunjukkan bahwa janin mampu membentuk kenangan selama di dalam rahim terutama terhadap suara-suara yang familier seperti suara ibunya. Dalam kondisi yang seperti ini, tentu kita tidak akan menyangkal bahwa perkembangan anak akan berlangsung secara optimal.
2. Early Word-Object Associations and Later Language
Development
Pemahaman dan keterampilan berbahasa pada anak-anak di bawah usia dua tahun sangat bervariasi pada setiap individu (Fenson et al., 1994). Sebagian anak sudah daapat merangkai kata menjadi frase, sementara yang lainnya baru dapat mengeluarkan beberapa kata-kata tunggal. Variasi ini menjadi sebuah tantangan untuk mengidentifikasi apakah kemampuan hal tersebut merupakan keterlambatan saja atau karena adanya gangguan (Rescorla, 1989). Identifikasi awal ini penting dilakukan untuk melihat apakah anak yang menerima intervensi akan memaksimalkan potensi mereka (Aram & Hall, 1989; Bernhardt & Mayor, 2005; Magnusson & Naucler, 1998).
Penelitian ini adalah sebuah penyelidikan eksplorasi hubungan antara kemampuan balita dalam mengasosiasi kata dan objek dan kemampuan berbahasa mereka di kemudian hari. Ini merupakan langkah pertama dalam menentukan apakah tugas seperti itu mungkin dapat memberikan kontribusi dalam penyaringan bahasa pada balita sehingga dapat melihat kemungkinan keterlambatan atau gangguan berbahasa. Dalam penelitian ini disajikan hasil studi longitudinal dimana balita diberi tugas untuk mengasosiasikan kata dan objek berdasarkan waktu (Stager & Werker, 1997) dan hubungannya dengan ketrampilan berbahasa anak di kemudian hari. Kemampuan mengasosiasi kata dan objek pada usia 17 atau 20 bulan secara signifikan berhubungan dengan skor pada tes standar bahasa sampai dua setengah tahun kemudian.
Para peserta untuk studi saat ini telah ambil bagian dalam studi prosedur Switch (Werker et al, 2002) pada usia 17 tahun atau 20 bulan. Mereka semua lahir normal dalam usia 37 minggu kehamilan dan memiliki kesehatan yang baik pada tes awal dan tes lanjutan.
Sebanyak 32 anak yang berpartisipasi dalam studi Switch-Task diundang untuk berpartisipasi dalam dua percobaan tindak lanjut. Orang tua dari 26 anak setuju untuk mengikuti percobaan pertama (tahap satu) dan setelah 14 bulan kemudian, orang tua dari 15 anak-anak ini setuju untuk berpartisipasi dalam test lanjutan (tahap 2).
The Switch-Task digunakan untuk menguji asosiasi kata-obyek pada bayi 8-20 bulan (Werker et al., 1998). Dalam prosedur ini, bayi terbiasa dengan satu atau lebih pasangan antara benda-benda yang bergerak pada layar dan kata-kata yang disajikan lebih dari seorang pembicara. Kemampuan melakukan asosiasi kata dan obyek diukur dengan Switch-Task yang berhubungan secara signifikan dengan kemampuan berbahasa anak 1 atau 2 tahun kemudian baik pengucapan maupun tata bahasanya.
Dalam penelitian ini terlihat korelasi yang signifikan dari kekuatan melakukan asosiasi pasangan kata dan obyek dengan nilai standar dari test bahasa pada test tahap kedua sampai 2 atau 2.5 tahun ke depan. Pengenalan kata pada usia 25 bulan dapat memprediksi pertumbuhan dari produksi (pengucapan) kosa kata terutama pada tahun kedua kehidupannya.
Analisa yang dapat disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah bahwa untuk memperoleh informasi, cara terbaik adalah melakukannya secara sinkron dengan mata dan telinga (audio-visual). Dan yang penting diperhatikan dalam belajar bahasa bayi adalah adanya suara latar. Meskipun sumber suara tidak terlihat tetapi cukup mengganggu proses belajar dan kemampuan bayi menangkap informasi.
Dalam sebuah penelitian juga telah dibuktikan dengan perlakuan kepada bayi yang didengarkan dua video sekaligus, di sebelah kiri dan kanan. Yang menjadi bahan pengamatan para peneliti adalah lama rentang perhatian bayi kepada dua sumber suara yang disampaikan tayangan video tersebut. Hasilnya, para bayi memusatkan perhatian rata-rata 2 detik lebih lama pada tayangan video yang memperdengarkan kata yang sinkron dengan gambar , kemudian dibandingkan dengan bayi yang diputarkan video dengan kata-kata yang tidak sinkron dan tidak relevan. Pada bayi yang diputarkan video dengan kata-kata yang tidak sinkron, hasilnya para bayi bahkan tak dapat menangkap satupun kata baru.
Sehubungan dengan “looking time” ini, hasil penelitian menunjukkan “looking time” yang lebih lama pada “switch trial” (kombinasi kata-object yang baru) daripada “same trial” (kombinasi kata-obyek yang familier). Jadi anak-anak memang lebih mudah untuk mengingat sesuatu yang pernah ia lihat atau ia dengar sebelumnya.
Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan tulisan, bacaan,tanda, symbol atau bahasa isyarat. Berbahasa itu sendiri merupakan proses kompleks yang tidak terjadi begitu saja. Manusia berkomunikasi lewat bahasa memerlukan proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Sehubungan dengan hal itu pula, maka dapat dijelaskan bahwa anak akan lebih mudah memahami sesuatu yang diperkenalkan melalui persepsi intermodal. Persepsi intermodal meliputi penggabungan informasi dari dua atau lebih modalitas sensorik, seperti penglihatan dan pendengaran. Dalam sebuah studinya, Spelke & Owsley (1979) menemukan bahwa bayi berumur 3,5 bulan lebih lama menatap ibu mereka jika mereka juga mendengar suara ibu mereka.
Kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa The Switch-Task pada bayi berhubungan secara signifikan dengan kemampuan bahasa anak saat usia prasekolah baik dalam pengucapan maupun tata bahasanya. Seperti disebutkan dalam tujuan penelitian ini, Switch-Task ini juga berguna untuk mengidentifikasi awal keterlambatan berbahasa.
Sehubungan dengan keterlambatan ini, ada beberapa tahap bicara yang dapat dijadikan parameter. Seperti telah dijelaskan bahwa semakin dini diketahui adanya gangguan perkembangan, semakin cepat dapat dilakukan intervensi berupa stimulasi. Orangtua harus mulai waspada bila :
• Pada usia 6 bulan, bayi tidak melirik atau menoleh pada sumber suara
yang datang dari belakang atau sampingnya
• Pada usia 10 bulan, bayi tidak merespons bila dipanggil namanya
• Pada usia 15 bulan, anak tidak mengerti atau merespons terhadap kata “tidak” atau “jangan”
• Pada usia 21 bulan, anak tidak merespons terhadap perintah : duduk
kesini, atau berdiri
• Pada usia 24 bulan, anak tidak dapat menunjuk dan menyebutkan bagian tubuh seperti mulut, hidung, mata atau kuping
3. Early Childhood Language Development and Games to
Stimulate It
Anak-anak belajar bahasa dengan cara berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Siapa pun yang menyaksikan seorang anak menjadi komunikator yang terampil akan setuju bahwa ini adalah proses perkembangan bahasa merupakan sebuah proses yang indah. Dalam hidupnya, seorang anak siap untuk belajar bahasa sebagai antara 0 dan 3 tahun.
Menurut Elaine Weitzman dan Janice Greenberg dalam buku mereka Belajar Bahasa dan Loving It (The Hanen Centre, 2002) para peneliti telah menetapkan bahwa tiga tahun pertama kehidupan adalah “periode kritis” bagi perkembangan bahasa. Ini berarti bahwa anak-anak dalam kelompok usia ini secara optimal siap untuk belajar bagaimana untuk berkomunikasi. Mereka secara alami tertarik dalam berkomunikasi dan belajar adalah proses yang terjadi secara spontan.
Karakteristik Bahasa Toddler
Agar orang tua dapat menjadi partner komunikasi yang baik, penting untuk memahami bagaimana mereka memahami bahasa yang digunakannya. Dalam belajar bagaimana berkomunikasi, balita menempel beberapa aturan dasar:
• Mereka harus memahami kata-kata sebelum mereka dapat menggunakannya.
• Mereka perlu mendengar kata yang diulang ratusan kali sebelum mereka akan mengatakan itu.
• Mereka akan menggunakan kata-kata sehari-hari sebelum mereka menggunakan kata-kata yang lebih sulit.
• Mereka menyederhanakan pengucapan kata-kata (dog  do dan bottle  botie).
• Mereka suka menggunakan struktur suku kata sederhana seperti “baa” untuk “domba”.
• Mereka memiliki kosakata yang sederhana yang terdiri dari: nama-nama benda-benda di lingkungan mereka (seperti “mama”), kata-kata tindakan (seperti “naik”), kata-kata sosial (seperti “halo”) dan deskripsi kata-kata (seperti “besar”).
• Mereka menggunakan satu kata untuk banyak tujuan yang berbeda, misalnya “mama” bisa berarti “aku mau jus” atau “aku mau boneka”.
Perkembangan Bahasa pada Balita
Antara umur 1 dan 3 tahun balita kemajuan melalui tiga tingkat perkembangan komunikasi. Rentang usia hanya sebagai pedoman karena ada anak-anak yang dapat menguasai keterampilan ini lebih awal atau justru lebih lambat.
Pada 12 sampai 18 bulan anak-anak mulai:
• Menggunakan kata-kata tunggal pertama mereka (10-20 kata).
• Menggunakan satu kata untuk menjelaskan banyak hal.
• Meniru kata-kata dan suara binatang.
• Memberi nama pada gambar dalam sebuah buku cerita.
Selama 18 sampai 24 bulan, balita mulai menaruh kata-kata bersama-sama dalam kalimat. Mereka biasanya:
• Mulai menggunakan dua kata dalam sebuah kalimat secara teratur.
• Perbendaharaan kosakata berkembang pesat.
• Mengajukan banyak pertanyaan.
• Menceritakan apa yang mereka alami.
Pada 24 – 36 bulan balita menggunakan kalimat yang panjang, antara lain:
• Meletakkan tiga, empat dan lima kata bersama-sama dalam kalimat.
• Menggunakan lebih banyak bahasa yang benar.
• Mulailah menggunakan kata tanya “mengapa” .
• Mulai bercerita.
Permainan Bahasa untuk Balita 12-18 Bulan
Blowing Bubbles adalah permainan interaksi klasik. Kontak mata secara alami pada saat anak mencermati adanya gelembung-gelembung yang datang berrikutnya. Kosakata yang digunakan selama permainan ini sangat ideal untuk anak yang baru mulai belajar bicara seperti: lebih, banyak, gelembung, tiup, tangkap, semua pergi dan bagus.
Permainan Bahasa untuk Balita 18-24 Bulan
Berbagi Buku adalah penting selama tahap ini. Meskipun anak-anak yang lebih muda dapat menikmati buku-buku juga, namun pada tahap ini cerita sederhana lebih memikat perhatian seorang pembicara pemula. Pastikan untuk melakukan kontak mata dengan anak dan berbagi buku dengan menunjuk ke gambar dan kata-kata. Kosakata akan tergantung pada cerita jadi pastikan bahwa buku ini sesuai untuk tingkat seusianya.
Permainan Bahasa untuk Balita 24-36 Bulan
Mengadakan permainan “pesta teh” merupakan interaksi yang menyenangkan bagi anak laki-laki maupun perempuan. Permainan ini kaya dengan kesempatan untuk berlatih keterampilan sosial seperti mengucap salam dan berkata silakan atau terima kasih. Permainan akan lebih menyenangkan jika dilakukan bersama-sama dan saling meminta makanan atau minuman seperti susu, gula dan kue.
BAB. IV
P E N U T U P

Dalam bab penutup ini akan disampaikan keterkaitan antara ketiga artikel yang telah ditampilkan sebelumnya yaitu tentang kegiatan menyusui dan kegiatan switch-task dalam hubungannya dengan perkembangan bahasa anak dan juga kegiatan permainan yang sesuai untuk perkembangan bahasa.
Perkembangan bahasa adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap dan orang tua dapat membantu anak-anaknya dengan berinteraksi dengan mereka pada tingkat yang sesuai dengan tahap perkembangannya dan dengan hal-hal yang menarik perhatian anak-anak.
Pemberian ASI melalui kegiatan menyusui menjadi hal yang sangat penting bagi perkembangan bahasa anak. Selain mendapat asupan gizi yang bermanfaat untuk perkembangan otaknya, dengan kegiatan menyusui ini, akan terjalin bonding yang kuat antara ibu-anak dan hal ini akan sangat membantu proses perkembangan anak termasuk perkembangan bahasanya.
Dalam hubungannya dengan artikel penelitian yang kedua, kegiatan switch task yang dilakukan juga berkaitan dengan persepsi intermodal dimana terjadi penggabungan moda audio (pendengaran) dan visual (penglihatan). Kegiatan ini, jika dikaitkan dengan penelitian pertama jelas bahwa penggabungan intermodal ini akan membuat proses perkembangan bahasa anak menjadi lebih optimal seperti ketika anak dalam janin merekam kenangan terhadap suara ibunya dan akan mempermudah anak untuk belajar bahasa melalui bahasa ibunya yang telah ia “kenal” sebelum ia lahir ke dunia.
Kegiatan menyusui merupakan kegiatan intim antara ibu dan anak, dimana di dalamnya terdapat begitu banyak pendidikan. Suara ibu yang didengarnya melalui cerita, ungkapan, nyanyian dan do’a akan di-match dengan memori rekaman suara ibunya saat ia masih di dalam rahim. Melalui eksperimen yang mengukur perilaku menghisap, peneliti menemukan bahwa bayi yang baru lahir lebih menyukai rekaman suara ibunya dibandingkan dengan suara wanita lain yang tidak dikenal (Flohr, 2001; Mehler, 1988; Spencer & DeCasper, 1987).
Selanjutnya, hal yang juga tidak kalah penting untuk dilakukan adalah terus menstimuli anak dengan kegiatan-kegiatan yang menunjang. Kegiatan-kegiatan ini merupakan kegiatan permainan yang memfasilitasi perkembangan bahasa anak sampai usia 3 tahun yang ditampilkan dalam artikel ketiga.
Piaget dan Vigotsky (1962) sepakat bahwa permainan adalah aktivitas yang dapat mendorong perkembangan kognitif anak. Permainan juga penting bagi kesehatan anak. Permainan dapat mengendurkan ketegangan, mempercepat perkembangan kognitif dan meningkatkan eksplorasi. Permainan juga meningkatkan afiliasi dengan sebaya, meningkatkan kemungkinan anak saling berinteraksi dan berbincang-bincang atau berkomunikasi. Selama interaksi ini, anak-anak mempraktekkan peran yang akan mereka emban kelak dalam kehidupan.
Tampak dengan jelas dalam artikel ini betapa permainan-permainan yang dilakukan akan sangat membantu perkembangan bahasa anak-anak, baik dalam hal penambahan kosa kata ataupun cara anak-anak berkomunikasi dengan orang lain dan juga memahami apa yang disampaikan oleh orang lain. Hal ini sesuai dengan pandangan Hurlock (1978), bahwa dalam bermain anak-anak harus belajar untuk dapat berkomunikasi dengan teman-temannya dan sebaliknya iapun harus belajar untuk dapat memahami apa yang disampaikan oleh orang lain, sehingga dapat dikatakan dalam kegiatan bermain ini terjadi proses perkembangan bahasa pada anak sesuai dengan tahapannya.
Kesimpulannya adalah bahwa perkembangan bahasa anak adalah sesuatu yang telah dimulai sejak anak masih dalam kandungan dan dengan pemberian ASI dan stimulasi positif, maka kemampuan bahasa anak akan berkembang secara optimal dan sesuai dengan tahap perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R.L. & Atkinson, R.C. Pengantar Psikologi (Terjemahan). Jakarta : Erlangga, 1983
Hurlock, E.B. Child Development (Sixth Edition). New York : McGraw-Hill, 1978
Kartono, K. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : Mandar Maju, 2007
Lerner, R.M & Hultsch, D.F. Human Development (A Life-Span Perspective). New York : McGraw-Hill, 1983
Moshman, D., Glover, J.A. & Bruning, R.H. Developmental Psychology. Canada : Little, Brown & Company, 1987.
Santrock, J.W. Child Development (Twelfth Edition). New York : McGraw-Hill, 2009
Santrock, J.W. Perkembangan Anak (Terjemahan). Jakarta : Erlangga, 2007
http://valmband.multiply.com/journal/item/18/Perkembangan_Bahasa
http://speechclinic.wordpress.com/2009/04/25/baby-sign-atau-bahasa-isyarat-pada-bayi-apakah-itu/
http://www.sejenak-kemudian.co.cc/2008/11/perkembangan-bahasa-anak.html
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/m-genetics/1944697-tangis-bayi-tiru-bahasa-ibu/
http://202.146.5.33/ver1/Kesehatan/0710/01/140632.htm
http://sasino.info/2009/12/perkembangan-bicara-pada-anak/
http://www.childdevelopmentinfo.com/development/language_development.shtml
http://202.146.5.33/ver1/Kesehatan/0710/01/140632.html
http://februar.multiply.com/reviews/item/5
http://www.allacademic.com/meta/p_mla_apa_research_citation/0/9/4/3/0/p94304_index.html
http://rumahsehat.com/news/06112008/fase-belajar-bahasa-bayi/
http://rafikamilani.multiply.com/journal/item/7
www.adders.org/infosheet105b.gif

OBAT JERAWAT YANG PALING AMPUH...!!

Penelitian Ilmiah : ASI Ampuh Sebagai Obat Jerawat

ASI ternyata bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga bagi orang dewasa. Karena,  ternyata ASI ampuh untuk pengobatan jerawat  orang dewasa.

Penelitian di Amerika Serikat mengungkap, salah satu kandungan air susu ibu, asam laurat, yang juga terdapat dalam minyak kelapa ampuh membasmi jerawat.
Penelitian yang diterbitkan  di laman Telegraph, bahan tersebut tak mengakibatkan efek samping karena berasal dari bahan alami. Kandungan bahan alami itu tidak menyebabkan kulit kemerahan dan terbakar, seperti mayoritas obat jerawat yang selama ini beredar di pasaran.
Dissaya Pornpattananangkul, mahasiswa pascasarjana bioteknologi Universitas California yang melakukan riset mengungkap, asam laurat menyelamatkan muka bagi jutaan remaja di seluruh dunia.
“Kita memiliki kesempatan mengembangkan obat jerawat yang lebih aman dan mengurangi efek samping,” katanya. Sebanyak 85 persen remaja dan lebih dari 40 juta orang di Amerika Serikat memiliki masalah jerawat.
Pornpattananangkul juga mengembangkan sistem canggih ‘pengiriman pintar’ agar asam laurat efektif.
Asam laurat diikat dengan nanopartikel emas dalam bentuk krim sehingga dengan cepat memisahkan diri bila diterapkan dalam kulit. “Nanopartikel emas menjaga bom nano atau liposom segera menemukan dan mematikan bakteri penyebab jerawat.”
Profesor Liangfang Zhang dari Universitas Jacobs School of Engineering mengatakan, paduan antara bahan alami dan cara terbaru pengobatan jerawat ini meningkatkan efektivitas antimikroba dan meminimalkan efek samping.
“Pengobatan berskala nano dapat dikontrol dengan jumlah obat yang dioleskan pada kulit. Metode baru secara signifikan dapat mengurangi infeksi bakteri pada kulit,” katanya

Waspadai Bahaya Jaringan Internet Wifi Bagi Anak

Waspadai Bahaya Jaringan Internet Wifi Bagi Anak


Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa jaringan internet nirkabel seperti wi-fi ternyata dapat membahayakan kesehatan anak-anak di Kanada. Sejumlah anak-anak di negara tersebut mengalami gejala seperti sakit kepala, pusing, mual, dan peningkatan denyut jantung saat berada di dalam jagkauan wi-fi. Para orangtua baru menyadari kalau anak-anak mereka mengalami gejala aneh selama setahun belakangan. Bahkan ada beberapa dari mereka yang mengalami gangguan prestasi di sekolahnya.
Gangguan ini sendiri terjadi karena intensitas gelombang mikro dalam satu ruang kelas di Sekolah County Simcoe ternyata empat kali lebih kuat dari menara ponsel.  Steve Miller menyatakan bahwa dia alergi terhadap jaringan nirkabel. Alergi yang disebabkan oleh sensitivitas elektromagnetik yang diderita Miller membuatnya sakit kepala dan pusing saat berada dalam jangkauan sinyal Wi-Fi. Kendati demikian, beberapa peneliti sedang melakukan investigasi lebih jauh, mengenai bahaya yang timbul oleh sinyal wifi ini. Ternyata, tidak semua orang mengalami gangguan sejenis, kecuali mereka mempunya riwayat penyakit alergi. Tetapi penelitian lain telah membuktikan bahwa paparan elektromagnetik dengan tingkat rendah yang telah direkomendasikan  tidak berpengaruh bagi kesehatan.
Jaringan nirkabel – dikenal sebagai wi-fi atau WLAN (jaringan area lokal nirkabel) – yang semakin banyak digunakan di sekolah-sekolah, kantor dan tempat umum lainnya untuk menghubungkan komputer dan laptop ke internet dengan menggunakan frekuensi radio pemancar dengan tidak perlu kabel kompleks. Di masa mendatang, pusat seluruh kota akan diubah menjadi wi-fi “hot spot”, memungkinkan orang untuk mengakses internet dimanapun mereka berada melalui perangkat genggam, termasuk ponsel.
Beberapa sekolah telah dibongkar jaringan nirkabel mereka setelah lobi dari orang tua khawatir, dan lainnya berada di bawah tekanan untuk mengikuti. Di Austria departemen kesehatan masyarakat Salzburg telah menyarankan sekolah dan taman kanak-kanak untuk tidak menggunakan WLAN atau telepon cordless.  Universitas Lakehead di Ontario, Kanada, yang memiliki 7.400 siswa, telah menghilangkan wi-fi. Menurut  Wakil Rektor, Dr Fred Gilbert,  perangkat canggih ini menunjukkan efek perilaku dan dampak fisiologis pada tingkat, jaringan seluler dan sel bagi siswanya .
Pada bulan September, 30 ilmuwan dari seluruh dunia menandatangani sebuah resolusi yang menyerukan “review penuh yang iliah dan independen tentang bahaya paparan medan elektromagnetik di seluruh dunia.Kelompok ini meminat Pemerintah di bebera penjuru dunia untuk melaksanakan penelitian dampak kesehatan radiasi elektromagnetik”.
Hingga saat ini belum ada penelitian khusus melihat efek dari jaringan nirkabel pada kesehatan manusia. David Dean, 43, seorang anggota dewan di Merton, London Selatan, dan direktur sebuah perusahaan penerbitan, menggambarkan dirinya sebagai antena manusia. “Saat saya pergi ke rumah orang, saya tahu apakah mereka memiliki wi-fi karena kepala saya mulai buzz. Saya harus meninggalkan pekerjaan terakhir saya karena saya tidak bisa berdiri selama lebih dari sepuluh menit di kantor dan bos saya tidak akan menghapus wi-fi. Jantungku berpacu, aku mendapat penglihatan ganda dan sakit kepala benar-benar buruk. Rasanya seolah-olah kepala saya di kunci lengan. Dua kali saya telah ke rumah-rumah di mana anak-anak menjerit monster. Setelah saya menyarankan kepada orang tua bahwa mereka mematikan jaringan selama dua hari, anak-anak itu berubah. “
Kecemasan tentang bahaya wi-fi telah difokuskan pada pengaruh radiasi elektromagnetik pada anak-anak karena mereka memiliki tengkorak yang lebih tipis,  sistem saraf kurang berkembang sempurna dan akan menjalani seumur hidup paparan ke ponsel teknologi. Dalam laporannya, Profesor Sir William Stewart, ketua Health Protection Agency (HPA), mengakui bahwa radiasi di bawah tingkat yang direkomendasikan, sementara dianggap aman, mungkin memiliki efek pada tubuh. Karena itu ia menganjurkan pendekatan pencegahan, termasuk pemantauan dekat radiasi dari tiang-tiang di dekat sekolah dan rekomendasi bahwa sinar intensitas terbesar dari mast tidak harus jatuh dalam dasar sekolah.
“Emisi dari jaringan nirkabel sangat mirip dengan mereka yang berasal dari BTS ponsel dalam hal frekuensi dan modulasi sinyal,” kata Philips, pimpinan sebuah perusahaan yang menjual detektor radiasi elektromagnetik dan blocker. “Banyak laporan yang diterbitkan telah menunjukkan ganmgguan kesehatan tampaknya terpengaruh bila berdekatan dengan tiang-tiang telepon selular. Dalam studi Latvia dari 966 anak-anak, fungsi motorik, memori dan perhatian secara signifikan lebih buruk dalam kelompok terkena radiasi dari lokasi stasiun radio yang berdenyut. Tingkat paparan yang rendah, tetapi serupa dengan yang anak-anak di kelas dengan WLAN yang akan terkena. “
Dr Michael Clark, dari HPA, mengatakan penelitian diterbitkan pada ponsel dan tiang tidak menambahkan hingga satu dakwaan wi-fi. “Semua ahli review dilakukan di sini dan di luar negeri menunjukkan bahwa tidak ada resiko bahaya kesehatan dari jaringan nirkabel,” katanya. “Beberapa Studi pada tiang-tiang telepon selular yang muncul dalam peer-review jurnal yang mengaku mengamati efek kesehatan sama sekali tidak bermakna.  “Ketika kita telah melakukan pengukuran di sekolah, eksposur khas dari wi-fi sekitar 20 sepersejuta tingkat pedoman internasional paparan radiasi. Sebagai perbandingan, seorang anak pada ponsel menerima sampai 50 persen dari tingkat pedoman. Jadi satu tahun duduk di kelas dekat sebuah jaringan nirkabel secara kasar setara dengan 20 menit di ponsel. Jika wi-fi harus diambil keluar dari sekolah, maka jaringan telepon selular harus dimatikan, juga – dan radio FM dan TV, sebagai kekuatan sinyal mereka adalah sama dengan yang dari wi-fi di ruang kelas “.
Philips tidak meyakinkan: “panduan pemaparan radiasi elektromagnetik di Inggris yang dirancang untuk melindungi terhadap efek bahaya radiasi. Mereka tidak dimaksudkan untuk melindungi terhadap paparan jangka panjang untuk tingkat rendah gelombang mikro, seperti laptop saat men-download. Kami percaya bahwa ini mengganggu sistem sendiri normal tubuh internal sinyal listrik dan elektro-kimia, menyebabkan masalah kesehatan yang serius, dan pertumbuhan anak-anak mungkin lebih terpengaruh daripada orang dewasa, sel-sel yang tidak berubah sebagai cepat. “
Salah satu masalah dalam melakukan penelitian adalah bahwa tidak semua orang dipengaruhi oleh radiasi elektromagnetik dalam cara yang sama. “Sebuah badan, tumbuh konsisten sastra menunjukkan bahwa subkelompok populasi tampaknya menderita gejala menyedihkan bila terkena jenis radiasi,” kata Dr Elizabeth Cullen, dari IDEA. gangguan tidur, depresi, penglihatan kabur, jantung dan masalah pernapasan, mual dan sakit kepala.